1.1. Latar belakang dan masalah
1.1.1 Latar Belakang
Puisi di Indonesia
dimulai dengan bentukan puisi yang berisifat statis. Hal ini timbul karena
dalam karya –karya puisi itu seolah –olah terikat oleh syarat-syarat yang
mutlak dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakat itu sendiri. Umumnya di zaman puisi lama ini, puisi yang ada
merupakan puisi peninggalan sastra melayu yang selanjutnya depengaruhi oleh
puisi-puisi dari Persia, Arab, dan India.
Karya sastra bentuk
puisi adalah bagaimana bentuk puisi dari dulu sampai sekarang apakah adanya perubahan
cara penyampaiannya. Ada tiga karya sastra bentuk puisi yang saya ketahui
yaitu, puisi lama, puisi baru dan puisi modern, saya akan membahas sedikit
bentuk puisi lama,baru dan modern tersebut. Untuk itu, kita lihat dahulu
macam-macam bentuk puisi yang ada dalam khasanah sastra indonesia. Karna sastra
berkembang sejalan dengan perkembangan masayarakatnya.
-
Puisi lama ; masanya
sejak awal pertumbuhan sastra indonesia hingga sekitar tahun 20-an. Untuk
mewakili masa ini amil contoh pantun dan syair.
Pantun : orang
silungkang membawa kapas
orang
buton membawa air
yang
mencicang yang memapas
yang
berhutang yang membayar
Syair: wajah yang
manis pucar berseri
laksana
bulan kesiangan hari
bejalan
tunduk memikirkan diri
tiada
memandang kanan dan kiri
-
Puisi tahun 30 –an (masa pujangga baru); untuk mewakili masa ini diambil contoh puisi yang
dikarang oleh pengarang- pengarang masa pujangga baru
Kuatren
Hidup Baru (Asmara
Hadi)
Hidup
baru berkobar dalamku
Segala indah dalam pandangan
Hidup zamanku jadi ilhamku
Zaman yang pernah perjuangan
Jiwaku yang dulu kecewa
Merana dalam malam kesedihan
Sekarang kembali kuar bergermbira
Dicium sinar pagi perjuangan
Selagi jantungku gumbira
Mompakan darah merah pahlawan
Selama itu dengan ikhlash
Kuserahkan jiwaku pada perjungan
Kuatren
adalah bentuk puisi baru yang terdiri dari atas empat baris dalam tiap bait
Soneta :
K E M B A L I
Ketika beta terjaga dini hari
Melihat alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam kalbu.
Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna,
Mega muda bermain di awang
Kemilau embun menyambut terang,
Hiduplah, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita.
Jalan waktu terhambat tiada,
Siang terkembang malam’lah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
(St.TakdirAlisyahbana)
Soneta adalah bentuk kesusastraan Italia
yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di
Kota Flo-rance.
Ciri-ciri
Soneta:
· Terdiri
atas 14 baris
· Terdiri
atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
· Dua
quatrain merupakan sampitan dan merupakan satu kesatuan yang disebut oktav
· Dua
terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut
s3xtet. (angka 3=e pada kata S3xtet)
· Bagian
sampiran biasanya berupa gambaran alam.
· S3xtet
berisi curahan atau jawaban ataupun kesimpulan daripada apa yang dilukiskan
dalam octav, jadi sifatnya subjektif
· Peraliihan
dari oktav ke s3ktet disebut volta
· Penambahan
baris pada soneta disebut koda
· Jumlah
suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9-14 suku kata
Sektet dan oktav:
R I N D U
Di bawah lagnit
bertabur bintang,
Tiada berawan permai
sadu,
Di pasir pantai aku
terlentang,
Mendengar ombak
rindu berlagu,
Air mataku belinang-linang,
Rindu-sendu menyiksai kalbu,
Dengan angkasa gilang gemilang,
Jiwaku ingin menajadi satu,
Aku merasa sebagai tundungan
Dari angkasa gemilang permai
Dalam dunia menanggung sengsai,
Kapankah kalanya datang tulungan,
Maha kuasa memberi kurnia,
Membukakan daku pintu bahagia
(Rustam E)
Sektet dan oktav
Sektet Sajak
yang terdiri atas enam larik dalam satu bait,
sedangkan oktaf adalah Sajak yang terdiri
atas delapan larik dalam satu bait. Oktav juga biasa disebut Stanza. Bait pertama adalah oktav yang
terdiri atas delapan larik dalam satu bait,
sedangkan bait kedua adalah sektet yang terdiri
atas enam larik dalam satu bait.
-
Puisi tahun 45-an;
puisi yang timbul sekitar tahun 45 hingga tahun 50-an. untuk mewakili puisi
pada masa ini diambil contoh satu jenis puisi saja sebenarnya banyak bentuk
puisi modern ini yaitu balada, romance,
elegi,himne, ode satire dan lain-lain. Kita lihat contoh dari bentuk puisi
himne ( gita puja), yaitu puisi yang berisi pujian-pujian terhadap tuhan atau
sesuatu yang dimuliakan sepertib pahlawan bagsa.
Contoh: DO’A
Tuhanku
Dalam termangu
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar
susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas
suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang
bentuk remuk
Tuhanku
aku
mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak
bisa berpaling
Di
samping perbedaan zaman dan masyarakatnya, secara lahiriah ketiga
kelompok puisi diatas memang menampakkan
ketidaksamaan. Puisi lama sangat terikat oleh berbagai aturan yang telah
diadatkan seperti rima, jumlah baris, irama dan lain-lain sedangkan puisi baru
tidak demikian. Puisi baru pada umunya hanya terikat oleh jumlah baris sedang
rima dan dan irama maupun jumlah suku kata tidak mutlak harus diikuti. Ini
berarti lebih bebas daripada puisi lama. Puisi modern jauh lebih bebas dari
ikatan-ikatan yang biasanya berlaku pada puisi lama. Puisi modern sama sekali
tidak terikat oleh aturan apapun; baik jumlah
baris, rima atau yang lain. Yang dipentingkan di sini adalah isi yang
hendak disampaikannya. Bentuk tunduk pada isi. Tidak mengherankan kalau ada
puisi modern yang hanya terdiri atas deretan kata ke bawah seperti puisi
Chairil Anwar yang berjudul ‘1943’ atau puisi Sitor Situmorang yang hanya satu
baris itu. yang dipentingkan puisi modern bukan lagi bentuk berirama melainkan
ketepatan pemilihan dan penggunaaan kata atau perangkat bahasa yang lain.
Dalam bentuk
puisi lama nampak kebiasaan- kebiasaan atau adat istiadat yang tercermin dalam
karya puisi, dan secara pasti puisi pada zaman ini seolah-olah merekrut segala
pancaran kehidupan. Ini memang dapat dimengerti prosedurnya, karna pada
dasarnya karya puisi periode tertentu adalah merupakan pancaran kehidupan dari
periode yang bersangkutan. Ciri yang nampak dalam puisi lama, ialah karya puisi
tersebut tidak tertulis seperti sekarang, melainkan penyebarannya berlangsung
dari mulut ke mulut.hal ini terjadi karena masyarakat pada zaman dahulu masih
buta huruf.
Karya dalam puisi
baru bukan hanya merupakan karya dalam bentuk permainan bahasa saja, melainkan
dalam puisi-puisi baru terlihat adanya konsentrasi yang penuh dan teliti dari
penyairnya. Ini dapat terlihat dari karya-karya puisi yang begitu terasa akrab
dan mempesona, walaupun kita baru saja mengenalnya. Dalam puisi baru nampak
keegoisan dalam berkarya dari penyairnya. Ini terjadi mungkin karena keadaan
masyarakat pada zaman pujangga baru itu, dan mungkin pula karena para penyair telah
merasa merdeka dalam berbahasa (setelah diikrarkan Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928), walaupun kebebasan itu sendiri baru saja timbul pada gelora dirinya
saja.
Puisi
adalah bentuk kesustraan yang paling tua. Puisi selalu menduduki tempat yang
tinggi dalam setiap kebudayaan. Bahkan pada zaman dahulu puisi menjadi bagian
hidup dari masyarakat tradisional berupa puisi lisan seperti mantra dan pantun.
Berdasarkan kurun waktu penciptaannya, dikenal puisi lama dan baru.
Jalil ( 1984 : 11) Menjelaskan “ sebuah karya puisi merupakan pancaran kehidupan sosial,
gejolak kejiwaan dan segala aspek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik
secara langsung ataupun tidak langsung, secara sadar atau tidak dalam suatu
masa atau periode tertentu”.
Pada
dasarnya keutuhan pengertian puisi tidak lepas dari ruang lingkup pengertian
kesusastraan, yaitu karangan tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu
dan mempunyai nilai estetis. Bentuk puisi yang sedikitnya mempunyai landasan
pada pengertian utuh serta berdasar hakekat daripada puisi, akan mengembalikan
penyair dan penikmat ke alam pikiran yang pantas dari suatu tragedi atau kepada
peritstiwa yang sesungguhnya, dimana hal ini sangat diperlukan untuk lebih
mudah tercapainya dialog antara penyair dan penikmat lewat karya puisi (empati).
UU
Hamidy ( 2001 : 52)
Mengungkapkan,
Bahasan terhadap puisi merupakan
pendekatan yang jauh lebih sulit dibandingkan dengan kajian karya fiksi seperti
hikayat (certa rakyat), novel, dan cerpen. Bahasan pada cerita rekaan (fiksi)
itu boleh dikatakan lebih mudah dipahami dari pada bahasa dalam puisi. Bahasa
dalam novel misalnya tidak begitu jauh beda sifatnya dengan bahasa konvensional
sehari-hari. Novel relatif mudah dapat kita susun sistematikanya sehingga kita
dapat melihat dalam suatu kerangka.
Tiap bentuk puisi mempunyai kecenderungan tertentu dalam
memperlakukan bahasa. Bahasa puisi dalam bentuk syair agak berbeda dengan
bahasa dalam bentuk pantun. Dalam bentuk syair bahasanya mendekati bahasa prosa
yang fiksional dan bersifat naratif. Sedang bahasa dalam pantun lebih beragam
dari pada itu. Akibatnya bentuk syair lebih mudah buat diidetifikasikan dari
pada pantun.
Tiap bentuk puisi
lama maupun puisi baru yang di tulis tentu kita ingin mengetahui bagaimana cara
meinginterpretasikan puisi atau mengungkapkan kembali isi puisi tersebut,
supaya kita bisa mengetahui apa yang dimaksud oleh penyair bisa dalam keadaan
sedih, senang, derita dan bnyak lagi perasaan yang diungkapkkan oleh penyair.
UU Hamidy ( 2001 :73-74 ) Mengungkapkan,
Dalam usaha memberikan interpretasi terhadap puisi kita
dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Bacalah puisi itu dengan penuh perasaan berulang-ulang
2. Perhatikanlah arti tiap kata yang dipakai
oleh sang penyair
3. Prosakanlah setiap baris puisi itu jika mungkin
4. Jika ada kata-kata yang bersifat perlambangan maka cobalah hayati
kemungkinan maksudnya, dan pilihlah satu kemungkinan maksudnya yang paling baik
atau tepat
5. Gambarkanlah suasana yang terdapat dalam puisi itu misalnya suasana sedih,
gembira , duka kesepian,putus asa, keharuan, kebanggaan, murung dan sebagainya
6. Kalau ada baris atau bait yang terasa mengandung kiasan, cobalah cari
sasaran kiasan itu dalam sejumlah kemungkinan
7. Hayati secara keseluruhan kesan apakah yang telah dipantulkan oleh
totalitas puisi itu. Renungkanlah ke arah mana kesan-kesan itu memberikan
asosiasi dan kemungkinan saran dan sugesti.
1.1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan
sebelumnya, maka masalah penelitian ini adalah :
a. Apa saja yang termasuk karya sastra bentuk puisi tersebut
b. Bagaimana perbedaan dari masing masing interpretasi karya sastra bentuk puisi antara puisi
lama (pantun) dan puisi baru (Chairil
Anwar).
1.2 Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengumpulkan data serta memaparkan dengan jelas apa
saja yang termasuk dalam karya sastra bentuk puisi.
2. Untuk mengumpulkan data serta memaparkan
dengan jelas bagaimana perbedaan dari masing masing interpretasi puisi karya
sastra bentuk puisi antara puisi lama (pantun) dan puisi baru (Chairil Anwar).
1.3.Ruang Lingkup
Penelitian
Penelitian yang berjudul “Interpretasi karya Sastra Bentuk Puisi adalah termasuk
kedalam kajian menulis yaitu cakupannya menginterpretasikan
kembali atau menganalisis kembali puisi, seperti puisi charil anwar apa bentuk
puisi tersebut dan menganalisis puisi tersebut dengan jelas dan tepat. Supaya
dalam ruang lingkup penelitian ini kita bisa mengetahui bagaimana cara menganalisis
atau menginterpretasikan puisi tersebut.
1.3.1
Pembatasan Masalah
Bedasarkan ruang lingkup yang telah penulis jelasakan dan
uraikan maka perlu rasanya penulis membatasi penelitian ini supaya pembahasan
ini benar-benar jelas dapat di mengerti. Begitu luasnya kajian menulis ini atau
menganalisis kembali isi puisi maka
penulis membatasinya hanya pada bentuk puisi sebenarnya Periodesasi
Puisi Indonesia mencakup 4 macam puisi yaitu; puisi lama, puisi baru, modern
dan puisi kontemporer, disini penulis membatasi Cuma 3 bentuk puisi yaitu puisi
lama, puisi baru dan puisi modern.
1.3.2
Penjelasan Istilah
Untuk memudahkan pembaca memahami penelitian ini, berikut penulis
jelaskan istilah – istilah yang berhubungan dengan masalah pokok yang
berhubungan dengan penelitian ini.
1.3.2.1 Karya sastra ialah karya kreatif imajinatif.
Unsur –unsur estetiknya merupakan bagian yang domina. Dengan daya kreatif orang
dapat melihat beberapa kemungkinan yang pernah ada. Oleh karena itum maka karya
sastra hanya mungkin wujud pada orang
yang dinamis, orang yang punya gerak hidup rohani dan jasmaninya.
1.3.2.2 puisi
adalah sebuah karya sastra dengan tulisan yang khas di karang oleh penyair, melalui perasaan sang pengarang,
imajinasi yang tinggi memiliki kata-kata pilihan yang indah dan menyentuh hati
pembacanya. Puisi juga merupakan kreatifatas bagi penulis untuk menceritakan
hal yang ada pada dirinya atau tentang alam dan lain-lain.
1.3.2.3 Puisi lama
yakni puisi- puisi yang timbul pada masa masyarakat lama sebelum masyarakat
Indonesia oleh kebudayaan asing terutama kebudayaan barat. Puisi ini adalah
kolektif karena mengikuti aturan yang telah dianggap baik.
1.3.2.4 Puisi baru
adalah puisi puisi yang timbul pada masa masyarakat baru, setelah masyarakat
indonesia mendapat pengaruh kebudayaan barat, puisi ini terikat bebas.
1.3.2.5 Puisi
modern yakni puisi yang timbul ketika masyarakat telah mendapat pengaruh
kebudayaan dunia, jadi tidak hanyakebudayaan barat tetapi juga kebudayaan
Rusia, Perancis, Cina dan lain-lain
1.3.2.6 Pantun
merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa
Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya,
dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan
dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun
terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a
(tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan
namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
1.3.2.7 Syair adalah
salah satu jenis puisi lama. Ia berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah
dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair
berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang
menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam
kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi,
dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi
sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi
1.3.2.8 Balada.
Balada adalah puisi yang berisi kisah cerita
1.3.2.9 Romance
ialah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang terhadap kekasihnya.
1.3.2.10 Elegi
ialah sajak atau puisi bersedih-sedih, suara sukma yang meratap-ratap, batin
yang merintih.
1.3.2.11 Ode ialah sajak yang berisi pujian
dan sanjungan terhadap seseorang yang besar jasanya dalam masyarakat, seseorang
yang dianggap pahlawan bangsa karena darma baktinya kepada nusa dan bangsa.
1.3.2.12 Himne ialah sajak pujian kepada
Tuhan atau sajak keagamaan.
1.3.2.13 Epigram ialah sajak yang berisi
ajaran hidup, semangat perjuangan.
1.3.2.14 Satire ialah sajak yang berisi
kritik atau sindiran yang pedas atau kepincangan-kepincangan yang terlihat
dalam masyarakat
1.4
Anggapan Dasar dan Teori
1.4.1 Anggapan Dasar
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis simak dan
perhtikan pada dan perhatiakan bagaimana perbedaan antara puisi lama dan puisi
baru, kita bisa megetahuinya dengan beberapa teori ilmiah yang akan disampaikan
pada teori nantinya. Dan juga mengungkapkan kembali isi puisi atau
menginterpretasikan masalah-masalah yang ada dalam bentuk karya sastra puisi
tersebut.
1.4.2 Teori
Untuk pemecahan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini perlu
adanya landasan teori yang relevan terhadap masalah yang telah penulis
rumuskan, teori yang digunakan sebagai acuan adalah teori yang relevan yang
akan dipaparkan sebagai berikut
1.4.2.1
Karya Sastra
Sastra adalah karya sastra imajinatif bermedia yang nilai
estetikanya bernilaidominan. Melalui karya
sastra seorang pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan
tertentu kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan
gagasan tentang kehidupan yang ada disekitar pengarang.
UU Hamidy ( 2001 : 7) Menjelaskan “Karya sastra
adalah karya kreatif imaginatif. Yaitu karya yang mempunyai bentuk demikian
rupa, sehingga unsur-unsur estetikanya merupakan bagian yang dominan.
1.4.2.2 Puisi
Puisi adalah bagian dari karya sastra. Ia terbangun dari unsur
makna yang tertuang dalam kata-kata. Selain itu, puisi merupakan jelmaan rasa
penciptanya, ungkapan hati baik itu sedih, gembira, marah, benci, simpatik, dan
lain sebagainya.Puisi pada dasarnya adalah perwakilan dari perasaan penulis
yang jujur dan tertuang dalam kata-kata yang penuh keindahan. Dan lagi-lagi
ternyata keidahan itu tidak dapat dipaksakan, melainkan lahir dari hati.
Pengertian puisi sendiri menurut Rahmat Joko Pradopo ialah
ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan, ia mampu membangkitkan
imajinasi panca indera dalam suasana yang berirama. Dalam pengertian puisi
yang diungkapkan Pradopo di atas berarti puisi menjadi jembatan antara rasa
yang dimiliki penulis dengan dunia luar melalui kata-kata.
http://www.tandakutip.com/pengertian-puisi/
Jalil ( 1984 : 11-13 ) Mengungkapkan,
sebuah karya puisi merupakan pancaran kehidupan sosial,
gejolak kejiwaan dan segala aspek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik
secara langsung ataupun tidak langsung, secara sadar atau tidak dalam suatu
masa atau periode tertentu”. Pada dasarnya keutuhan pengertian puisi tidak
lepas dari ruang lingkup pengertian kesusastraan, yaiut karangnan atau tulisan
yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estetis.
Puisi
digolongkan dalam 3 bentuk
-
Puisi lama: merupakan cerminan masyarakat lama. Karena masyarakat
lama itu bersifat kolektif dan cenderung statis maka sifat yang demikian itu
juga tercermin dalam karya sastranya khusunya puisi.
-
Puisi baru; Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada
puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Dengan
penulisannya yang bebas dalam memilih kata.
-
Puisi modern : kebebasan dalam menggunakan bahasa
sendiri oleh para penyair, penyair angkatan ini dikategorikan sebagai penyair
angkatan1945, dan karya-karya puisinya termasuk dalam kelompok puisi modern.
1.5 Penentuan Sumber Data
1.5.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah secara umum diketahui oleh para pembaca supaya dalam
menginterpretasikan puisi atau menganalisi puisi ini dapat memahaminya.
1.5.2 Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel
penuh(total) artinya semua data yang di temukan dapat dijadikan sampel. Menurut
Hamidy (2003 : 10)” sampel penuh atau sampel total adalah semua populasi
dijadikan sampel”.
1.6
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
1.6.1
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kajian menulis karena penelitian ini memfokuskan pada menginterpretasikan atau mengungkapkan kembali isi puisi
yang digunakan untuk memahami apa yang ditulis oleh sang penyair.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan
untuk memperoleh gambaran keadaan yang sebenarnya. Data dan informasi
penelitian ini penulis deskripsikan, dianalisis, dan diinterpretasikan sesuai
dengan permasalahan penelitian.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik simak,teknik catat dan teknik dokumentasi.
Teknik analisis data tersebut penulis uraikan sebagai berikut:
1.
Teknik simak yaitu menyimak puisi yang
telah ditulis oleh sang penyair kemudian menginterpretasikan isi pusi tersebut.
2. Teknik catat yaitu teknik mencatat atau menuliskan kembali apa yang telah disimak dari puisi
karya penyair tersebut.
1.6.3 Teknik Analisis Data
Teknik yang penulis gunakan untuk
menganalisis data penelitian sebagai berikut:
1. Menyimak dan mencatat puisi karya Chairil Anwar secara berulang ulang
sehingga mendapatkan hasil yang baik.
2. Setelah diperoleh data kemudian data disajikan
dan dikelompokkan serta dianalisis sesuai dengan masalah yaitu;(1) Apa saja yang termasuk karya
sastra bentuk puisi tersebut dan , (2). Bagaimana perbedaan dari masing masing interpretasi karya sastra bentuk puisi antara puisi
lama (pantun) dan puisi baru (Chairil
Anwar).
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Puisi
Puisi merupakan sebuah karangan yang ditulis oleh sang
pengarang dengan kata-kata yang indah, melalui perasaan batin menyentuh hati,
pancaran gejolak jiwa dan merupakan kata sastra yang khas dalam pemilihan
katanya. Puisi juga dapat diartikan sebagai bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma,
ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya,
puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
2.1.1 Puisi
lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu
antara lain :
· Jumlah kata dalam 1 baris
· Jumlah baris dalam 1 bait
· Persajakan (rima)
· Banyak suku kata tiap baris
· Irama
-Ciri puisi lama:
· Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
· Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
· Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata maupun rima.
2.1.2 Puisi
Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas
daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
-Ciri-ciri Puisi Baru:
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2.1.3 Puisi
Modern
Puisi modern yaitu adanya
kebebasan menggunakan bahasa indonesia. Kebebasan menggunakan bahasa indonesia
oleh penyair, digunakan sebagai alat untuk menghembuskan napas kebencian pada
Jepang. Penyair angkatan ini dikategorikan sebagai penyair angkatan 1945, dan
karya-karya puisinya termasuk dalam kelompok puisi modern. Diantara puisi
modern; (1) berjudul “Aku” karya Chairil Anwar, (2) berjudul “Padamu Jua” Karya
Amir Hamzah.
2.1.4
Interpretasi Puisi
Karya sastra itu bermakna, terutama dalam penulisan puisi
usaha ke arah itu melibatkan kita untuk menafsirkan atau memberikan
interpretasi terhadap bahasa yang dipakai dalam tiap baris puisi. Kita
memerlukan suatu interpretasi yang khas untuk suatu lambang dan kiasan yang
agaknya disarankan oleh sipenyair melalui bahasa puisinya. Berikut contoh
pantun dan syair. Sekalian dibahas interpretasinya
·
Pantun adalah termasuk puisi lama yang bersajak a-b-a-b
Contoh pantun :
Kupaskan terung dengan mumbang
Letak rebung dalam kuali
Lepaskan burung hendak terbang
Kalau untuk balik kembali
Interpretasi :
Baris pertama dan kedua tidak ada kesulitan. Sepasang
baris itu dapat dipandang sebagai hiasan persajakan saja, tidak ada unsur
perlambangan dan kiasan. Dalam baris ketiga ada kata burung dalam kehadiran
sebagai lambang atau simbol. Kata itu melambangkan sesuatu tapi lebih baik
barangkali jika dipandang sebagai lambang terhadap seorang kekasih. Lepaskanlah
sang kekasih itu, jika hendak pergi. Dengan interpretasi pantun itu ada 2 baris
terakhir itu ialah: jika kita mempunyai seorang kekasih, dan pada satu ketika
dia hendak berpisah dari kita, maka biarkanlah dia pergi tak ada gunanya dia
ditahan- tahan sebab bagaimana pun, jika dia memang jodoh atau untung kita tentukanlah
dia akan kembali jua kepada kita.
·
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair
berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya
Islam ke Indonesia. Syair yang bersajak a-a-a-a
Contoh syair
: Wahai
muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil tubuhmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal diammu
Interpertasi : yang paling penting dari syair di atas ialah pemakaian kata
perahu sebagai simbol daripada tubuh manusia. Jadi tubuh kita ini adalah alat
untuk menyeberang dari suatu tempat ke tempat yang lain, yaitu dari dunia ini
kepada akhirat. Perahu sebagai suatu alat, tentulah hanya dipergunakan selama
alat itu masih berfungsi, bila sudah rusak tentu akan dibuang. Sebab itu,
hendaklah kita mengenal perahu itu yaitu diri kita ini; memikirkan, mengaji dan
mempersiapkan demikian rupa agar dalam perjalanan ke tempat yang kekal itu
(akhirat ) kita akan selamat.
Setelah pembahasan diatas lalu dilanjutkan
dengan puisi baru, puisi karya Chairil Anwar dan interpretasinya. Bagaimana
totalitas puisinya apakah menggambarkan keemosian yang timbul dari sang
penyair, keegoisan yang tinggi dalam menggambarkan keadaan dizaman penjajahan
dulu. Untuk itu kita lihat contoh puisi karya Chairil Anwar.
·
Puisi Chairil Anwar,
Penerimaan
Kalau mau kuterima
kau kembali
Dengan
sepenuh hati
Aku masih
sendiri
Kutahu kau
bukan yang dulu lagi
Bak kembang
sari sudah terbagi
Jangan
tunduk! Tentang aku dengan berani
Kalau mau
kuterima kau kembali
Untukku
sendiri tapi
Sedang
dengan cermin aku enggan berbagi.
Interpretasi
:
Setelah dibaca keseluruhannya, tampaklah bahwa puisi itu memberikan
gambaran tentang seorang laki-laki dengan bekas kekasihnya. Kekasihnya itu
telah ternoda, tampak dari kiasan baris bak
kembang sari sudang terbagi (=jadi kembang sari yang sudah asli atau sudah
tidak utuh lagi). Sungguh pun begitu lelaki itu masih mau menerima kehadiran
perempuan itu dengan sepenuh hatinya karena dia masih tetap sendirian (belum
mempunyai kekasih lain). Tapi dalam penerimaan yang sekarang ini sang lelaki
memang benar-benar meminta kepada wanita itu bahwa dia hanya akan mencintai
dirinya seorang saja, tidak lagi akan berbelah ( dengan jalan yang bagaimanapun
juga, seperti mencintai lelaki lain). Sebab jangan cinta yang tak mungkin di
bagi, lagi dengan cermin yang mudah pecah pun dia tak suka berbagi
Itulah interpretasi puisi diatas melukiskan keadaan seorang wanita yang
telah selingkuh dengan lelaki lain, ini adalah sebuah keemosian yang tinggi
kepada lelaki itu, tapi lelaki itu masih baik hari dan mau menenerima wanita
itu. dan lelaki itu berjanji kepada wanita itu agar tidak mengulangi
perbuatannya lagi.
· Puisi Chairil Anwar (Aku)
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Interpretasi:
Kalau sampai waktuku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak
seorang kan merayu
Tidak juga kau
Dalam baris pertama “kalau sampai waktuku” Si “aku” membuang semua kekhawatirannya
tentang suatu kematian. Dia tidak lagi perduli kepada siapa saja yang yang
merayunya. Tidak juga kekasinya.
Tak perlu sedu
sedan itu
Aku ini binatang
jalang
Dari kumpulannya
terbuang
Si “aku”
memesankan kepada orang-orang terdekatnya supaya supaya melepasnya, jika
saatnya telah tiba menghadap sang khalik. Bahkan dia menyebt-nyebut dirinya
sebagai binatang jalang, Sebuah simbol kehinaan.
Biar peluru
menembus kulitku
Aku tetap
meradang menerjang
Luka dan bisa
kubawa berlari Berlari
Hingga hilang
pedih peri
Si “aku”
berterus terang tentang apa yang telah di deritanya, tapi dia tetap mencoba
untuk menanggungnya sendiri. Karena jika saatnya tiba, semua perih akan hilang.
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup
seribu tahun lagi
Si “aku”
ingin hidup seribu tahun lagi. Di sini Chairil telah menjelma si “aku”.
Walaupun raganya telah tiada, tapi dia ingin karyanya tetap hidup selamanya.
Puisi
ini menimbulkan efek emosional terhadap pembaca. Sajak Aku di atas dapat saja
mengikuti pola pantun maupun syair. Tetapi kesan yang dibangkitkannya kepada
pembaca atau penikmat akan lain dibandingkan dengan kesan susana yang ditmbulkannya
adanya perbedaan bagaimana larik, baris, rima dan irama yang ada antara puisi
lama dan puisi baru.
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN
3.1 Kesimpulan
Puisi adalah bentuk kesustraan yang
paling tua. Penyair memilih kata – kata yang setepatnya dan disusun
secara sebaik – baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan
unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
Dari berbagai
bentuk karya sastra ini antara puisi lama dan puisi baru tentu sangat banyak
perbedaan dari masing masing jenis puisi tersebut, Di samping perbedaan zaman dan masyarakatnya, secara lahiriah ketiga
kelompok puisi diatas memang menampakkan
ketidaksamaan. Puisi lama sangat terikat oleh berbagai aturan yang telah
diadatkan seperti rima, jumlah baris, irama dan lain-lain sedangkan puisi baru
tidak demikian. Puisi baru pada umunya hanya terikat oleh jumlah baris sedang
rima dan dan irama maupun jumlah suku kata tidak mutlak harus diikuti. Ini
berarti lebih bebas daripada puisi lama. Puisi modern jauh lebih bebas dari
ikatan-ikatan yang biasanya berlaku pada puisi lama. Puisi modern sama sekali
tidak terikat oleh aturan apapun; baik jumlah
baris, rima atau yang lain. Yang dipentingkan di sini adalah isi yang
hendak disampaikannya. Bentuk tunduk pada isi. Tidak mengherankan kalau ada
puisi modern yang hanya terdiri atas deretan kata ke bawah seperti puisi
Chairil Anwar yang berjudul ‘1943’ atau puisi Sitor Situmorang yang hanya satu
baris itu. yang dipentingkan puisi modern bukan lagi bentuk berirama melainkan
ketepatan pemilihan dan penggunaaan kata atau perangkat bahasa yang lain.
Begitu juga
dengan menginterpretasikan puisi lama dan puisi baru kalau puisi lama kita
hanya melihat pola baris dan maksud puisi tersebut sedangkan pada puisi baru
kita melihat sendiri bagaimana totalitas puisi yang mencerminkan perasaan
seseorang dalam keegoisan, sedih, senang
, derita dan sebagainya. Ini merupakan perbedaan perbedaaan dari bentuk puisi
tersebut.
2.2 SARAN
Agar dalam setiap kita
menginterpretasikan puisi atau menganalisis puisi kita harus mengetahui dulu
karya sastra bentuk puisi baik itu puisi lama maupun puisi baru, kemudian baru
kita menganalisisnya dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Hamidy, UU. 2001. Pembahasan
Karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru : Unri Press.
Jalil.
1984. Teori dan Periodisasi Puisi
Indonesia. Bandung: Bandung Angkasa.
Hamidy, UU. 1984. Tradisi
Kepenyairan di Indonesia. Pekanbaru: Bumi Pustaka.
Suroto. 1989. Apresiasi
Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Darma, Budi.1983. Solilokui
Kumpulan Esei Sastra. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta