Kamis, 20 Desember 2012

isi karya sastra bentuk puisi lama dan puisi baru by Rian Hikmah



http://1.bp.blogspot.com/_Z8F7gBEfQSU/S_xdXRN96eI/AAAAAAAAAqk/nCYRtWtYJNg/s1600/spacer.gifBAB I PEDAHULUAN

1.1. Latar belakang dan masalah
   1.1.1  Latar Belakang
Puisi di Indonesia dimulai dengan bentukan puisi yang berisifat statis. Hal ini timbul karena dalam karya –karya puisi itu seolah –olah terikat oleh syarat-syarat yang mutlak dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat itu sendiri. Umumnya di zaman puisi lama ini, puisi yang ada merupakan puisi peninggalan sastra melayu yang selanjutnya depengaruhi oleh puisi-puisi dari Persia, Arab, dan India.
Karya sastra bentuk puisi adalah bagaimana bentuk puisi dari dulu sampai sekarang apakah adanya perubahan cara penyampaiannya. Ada tiga karya sastra bentuk puisi yang saya ketahui yaitu, puisi lama, puisi baru dan puisi modern, saya akan membahas sedikit bentuk puisi lama,baru dan modern tersebut. Untuk itu, kita lihat dahulu macam-macam bentuk puisi yang ada dalam khasanah sastra indonesia. Karna sastra berkembang sejalan dengan perkembangan masayarakatnya.
-          Puisi lama ; masanya sejak awal pertumbuhan sastra indonesia hingga sekitar tahun 20-an. Untuk mewakili masa ini amil contoh pantun dan syair.
Pantun : orang silungkang membawa kapas
orang buton membawa air
yang mencicang yang memapas
yang berhutang yang membayar

Syair: wajah yang manis pucar berseri
laksana bulan kesiangan hari
bejalan tunduk memikirkan diri
tiada memandang kanan dan kiri
-          Puisi tahun 30 –an (masa pujangga baru); untuk mewakili masa ini diambil contoh puisi yang dikarang oleh pengarang- pengarang masa pujangga baru
Kuatren
Hidup Baru (Asmara Hadi)
Hidup baru berkobar dalamku
Segala indah dalam pandangan
Hidup zamanku jadi ilhamku
Zaman yang pernah perjuangan

Jiwaku yang dulu kecewa
Merana dalam malam kesedihan
Sekarang kembali kuar bergermbira
Dicium sinar pagi perjuangan

Selagi jantungku gumbira
Mompakan darah merah pahlawan
Selama itu dengan ikhlash
Kuserahkan jiwaku pada perjungan  
Kuatren adalah bentuk puisi baru yang terdiri dari atas empat baris dalam tiap bait
Soneta :
K E M B A L I
Ketika beta terjaga dini hari
Melihat alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam kalbu.

Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna,
Mega muda bermain di awang
Kemilau embun menyambut terang,

Hiduplah, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita.

Jalan waktu terhambat tiada,
Siang terkembang malam’lah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
                                                                                    (St.TakdirAlisyahbana)

Soneta adalah  bentuk kesusastraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di Kota Flo-rance.
Ciri-ciri Soneta:
·  Terdiri atas 14 baris
·  Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
·  Dua quatrain merupakan sampitan dan merupakan satu kesatuan yang disebut oktav
·  Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut s3xtet. (angka 3=e pada kata S3xtet)
·  Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam.
·  S3xtet berisi curahan atau jawaban ataupun kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam octav, jadi sifatnya subjektif
·  Peraliihan dari oktav ke s3ktet disebut volta
·  Penambahan baris pada soneta disebut koda
·  Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9-14 suku kata
·  Rima akhirnya adalah (a-b-b-a), (a-b-b-a), (a-a-a), (a-a-a)
Sektet dan oktav:
R I N D U
Di bawah lagnit bertabur bintang,
Tiada berawan permai sadu,
Di pasir pantai aku terlentang,
Mendengar ombak rindu berlagu,
Air mataku belinang-linang,
Rindu-sendu menyiksai kalbu,
Dengan angkasa gilang gemilang,
Jiwaku ingin menajadi satu,
Aku merasa sebagai tundungan
Dari angkasa gemilang permai
Dalam dunia menanggung sengsai,
Kapankah kalanya datang tulungan,
Maha kuasa memberi kurnia,
Membukakan daku pintu bahagia
                                                                                                          (Rustam E)
Sektet dan oktav
Sektet Sajak yang terdiri atas enam larik dalam satu bait, sedangkan oktaf adalah Sajak yang terdiri atas delapan larik dalam satu bait. Oktav juga biasa disebut Stanza. Bait pertama adalah oktav yang terdiri atas delapan larik dalam satu bait, sedangkan bait kedua adalah sektet yang terdiri atas enam larik dalam satu bait.
-          Puisi tahun 45-an; puisi yang timbul sekitar tahun 45 hingga tahun 50-an. untuk mewakili puisi pada masa ini diambil contoh satu jenis puisi saja sebenarnya banyak bentuk puisi modern ini yaitu balada, romance, elegi,himne, ode satire dan lain-lain. Kita lihat contoh dari bentuk puisi himne ( gita puja), yaitu puisi yang berisi pujian-pujian terhadap tuhan atau sesuatu yang dimuliakan sepertib pahlawan bagsa.
Contoh:            DO’A
                                           Tuhanku
                                            Dalam termangu

                                             Aku masih menyebut namamu
                                            Biar susah sungguh

                                             mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
Di samping  perbedaan zaman dan  masyarakatnya, secara lahiriah ketiga kelompok puisi diatas memang  menampakkan ketidaksamaan. Puisi lama sangat terikat oleh berbagai aturan yang telah diadatkan seperti rima, jumlah baris, irama dan lain-lain sedangkan puisi baru tidak demikian. Puisi baru pada umunya hanya terikat oleh jumlah baris sedang rima dan dan irama maupun jumlah suku kata tidak mutlak harus diikuti. Ini berarti lebih bebas daripada puisi lama. Puisi modern jauh lebih bebas dari ikatan-ikatan yang biasanya berlaku pada puisi lama. Puisi modern sama sekali tidak terikat oleh aturan apapun; baik jumlah  baris, rima atau yang lain. Yang dipentingkan di sini adalah isi yang hendak disampaikannya. Bentuk tunduk pada isi. Tidak mengherankan kalau ada puisi modern yang hanya terdiri atas deretan kata ke bawah seperti puisi Chairil Anwar yang berjudul ‘1943’ atau puisi Sitor Situmorang yang hanya satu baris itu. yang dipentingkan puisi modern bukan lagi bentuk berirama melainkan ketepatan pemilihan dan penggunaaan kata atau perangkat bahasa yang lain.
Dalam bentuk puisi lama nampak kebiasaan- kebiasaan atau adat istiadat yang tercermin dalam karya puisi, dan secara pasti puisi pada zaman ini seolah-olah merekrut segala pancaran kehidupan. Ini memang dapat dimengerti prosedurnya, karna pada dasarnya karya puisi periode tertentu adalah merupakan pancaran kehidupan dari periode yang bersangkutan. Ciri yang nampak dalam puisi lama, ialah karya puisi tersebut tidak tertulis seperti sekarang, melainkan penyebarannya berlangsung dari mulut ke mulut.hal ini terjadi karena masyarakat pada zaman dahulu masih buta huruf.
Karya dalam puisi baru bukan hanya merupakan karya dalam bentuk permainan bahasa saja, melainkan dalam puisi-puisi baru terlihat adanya konsentrasi yang penuh dan teliti dari penyairnya. Ini dapat terlihat dari karya-karya puisi yang begitu terasa akrab dan mempesona, walaupun kita baru saja mengenalnya. Dalam puisi baru nampak keegoisan dalam berkarya dari penyairnya. Ini terjadi mungkin karena keadaan masyarakat pada zaman pujangga baru itu, dan mungkin pula karena para penyair telah merasa merdeka dalam berbahasa (setelah diikrarkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928), walaupun kebebasan itu sendiri baru saja timbul pada gelora dirinya saja.
Puisi adalah bentuk kesustraan yang paling tua. Puisi selalu menduduki tempat yang tinggi dalam setiap kebudayaan. Bahkan pada zaman dahulu puisi menjadi bagian hidup dari masyarakat tradisional berupa puisi lisan seperti mantra dan pantun. Berdasarkan kurun waktu penciptaannya, dikenal puisi lama dan baru.
      Jalil ( 1984 : 11) Menjelaskan “ sebuah karya puisi merupakan pancaran kehidupan sosial, gejolak kejiwaan dan segala aspek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik secara langsung ataupun tidak langsung, secara sadar atau tidak dalam suatu masa atau periode tertentu”.
          Pada dasarnya keutuhan pengertian puisi tidak lepas dari ruang lingkup pengertian kesusastraan, yaitu karangan tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estetis. Bentuk puisi yang sedikitnya mempunyai landasan pada pengertian utuh serta berdasar hakekat daripada puisi, akan mengembalikan penyair dan penikmat ke alam pikiran yang pantas dari suatu tragedi atau kepada peritstiwa yang sesungguhnya, dimana hal ini sangat diperlukan untuk lebih mudah tercapainya dialog antara penyair dan penikmat lewat karya puisi (empati).
UU Hamidy ( 2001 : 52)  Mengungkapkan,
Bahasan terhadap puisi merupakan pendekatan yang jauh lebih sulit dibandingkan dengan kajian karya fiksi seperti hikayat (certa rakyat), novel, dan cerpen. Bahasan pada cerita rekaan (fiksi) itu boleh dikatakan lebih mudah dipahami dari pada bahasa dalam puisi. Bahasa dalam novel misalnya tidak begitu jauh beda sifatnya dengan bahasa konvensional sehari-hari. Novel relatif mudah dapat kita susun sistematikanya sehingga kita dapat melihat dalam suatu kerangka.


Tiap bentuk puisi mempunyai kecenderungan tertentu dalam memperlakukan bahasa. Bahasa puisi dalam bentuk syair agak berbeda dengan bahasa dalam bentuk pantun. Dalam bentuk syair bahasanya mendekati bahasa prosa yang fiksional dan bersifat naratif. Sedang bahasa dalam pantun lebih beragam dari pada itu. Akibatnya bentuk syair lebih mudah buat diidetifikasikan dari pada pantun.
Tiap bentuk puisi lama maupun puisi baru yang di tulis tentu kita ingin mengetahui bagaimana cara meinginterpretasikan puisi atau mengungkapkan kembali isi puisi tersebut, supaya kita bisa mengetahui apa yang dimaksud oleh penyair bisa dalam keadaan sedih, senang, derita dan bnyak lagi perasaan yang diungkapkkan oleh penyair.
UU Hamidy ( 2001 :73-74 ) Mengungkapkan,
Dalam usaha memberikan interpretasi terhadap puisi kita dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Bacalah puisi itu dengan penuh perasaan berulang-ulang
2.      Perhatikanlah arti tiap kata yang dipakai  oleh sang penyair
3.      Prosakanlah setiap baris puisi itu jika mungkin
4.      Jika ada kata-kata yang bersifat perlambangan maka cobalah hayati kemungkinan maksudnya, dan pilihlah satu kemungkinan maksudnya yang paling baik atau tepat
5.      Gambarkanlah suasana yang terdapat dalam puisi itu misalnya suasana sedih, gembira , duka kesepian,putus asa, keharuan, kebanggaan, murung  dan sebagainya
6.      Kalau ada baris atau bait yang terasa mengandung kiasan, cobalah cari sasaran kiasan itu dalam sejumlah kemungkinan
7.      Hayati secara keseluruhan kesan apakah yang telah dipantulkan oleh totalitas puisi itu. Renungkanlah ke arah mana kesan-kesan itu memberikan asosiasi dan kemungkinan saran dan sugesti.


  1.1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka masalah penelitian ini adalah :
a.       Apa saja yang termasuk karya sastra bentuk puisi tersebut
b.      Bagaimana perbedaan dari masing masing interpretasi karya sastra bentuk puisi antara puisi lama (pantun) dan puisi baru  (Chairil Anwar).

1.2  Tujuan Penelitian
           Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengumpulkan data serta memaparkan dengan jelas apa saja yang termasuk dalam karya sastra bentuk puisi.
2.  Untuk mengumpulkan data serta memaparkan dengan jelas bagaimana perbedaan dari masing masing interpretasi puisi karya sastra bentuk puisi antara puisi lama (pantun) dan puisi baru (Chairil Anwar).
1.3.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang berjudul “Interpretasi  karya Sastra Bentuk Puisi adalah termasuk kedalam kajian menulis  yaitu cakupannya menginterpretasikan kembali atau menganalisis kembali puisi, seperti puisi charil anwar apa bentuk puisi tersebut dan menganalisis puisi tersebut dengan jelas dan tepat. Supaya dalam ruang lingkup penelitian ini kita bisa mengetahui bagaimana cara menganalisis atau menginterpretasikan puisi tersebut.

1.3.1 Pembatasan Masalah
Bedasarkan ruang lingkup yang telah penulis jelasakan dan uraikan maka perlu rasanya penulis membatasi penelitian ini supaya pembahasan ini benar-benar jelas dapat di mengerti. Begitu luasnya kajian menulis ini atau menganalisis kembali isi puisi maka  penulis membatasinya hanya pada bentuk puisi sebenarnya Periodesasi Puisi Indonesia mencakup 4 macam puisi yaitu; puisi lama, puisi baru, modern dan puisi kontemporer, disini penulis membatasi Cuma 3 bentuk puisi yaitu puisi lama, puisi baru dan puisi modern.



1.3.2 Penjelasan Istilah
Untuk memudahkan pembaca memahami penelitian ini, berikut penulis jelaskan istilah – istilah yang berhubungan dengan masalah pokok yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.3.2.1    Karya sastra ialah karya kreatif imajinatif. Unsur –unsur estetiknya merupakan bagian yang domina. Dengan daya kreatif orang dapat melihat beberapa kemungkinan yang pernah ada. Oleh karena itum maka karya sastra hanya mungkin wujud pada orang  yang dinamis, orang yang punya gerak hidup rohani dan jasmaninya.
1.3.2.2      puisi adalah sebuah karya sastra dengan tulisan yang khas di karang oleh  penyair, melalui perasaan sang pengarang, imajinasi yang tinggi memiliki kata-kata pilihan yang indah dan menyentuh hati pembacanya. Puisi juga merupakan kreatifatas bagi penulis untuk menceritakan hal yang ada pada dirinya atau tentang alam dan lain-lain.
1.3.2.3      Puisi lama yakni puisi- puisi yang timbul pada masa masyarakat lama sebelum masyarakat Indonesia oleh kebudayaan asing terutama kebudayaan barat. Puisi ini adalah kolektif karena mengikuti aturan yang telah dianggap baik.
1.3.2.4      Puisi baru adalah puisi puisi yang timbul pada masa masyarakat baru, setelah masyarakat indonesia mendapat pengaruh kebudayaan barat, puisi ini terikat bebas.
1.3.2.5      Puisi modern yakni puisi yang timbul ketika masyarakat telah mendapat pengaruh kebudayaan dunia, jadi tidak hanyakebudayaan barat tetapi juga kebudayaan Rusia, Perancis, Cina dan lain-lain 
1.3.2.6      Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
1.3.2.7      Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Ia berasal dari Persia (sekarang Iran) dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam. Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga syair di desain sesuai dengan keadaan dan situasi yang terjadi
1.3.2.8      Balada. Balada adalah puisi yang berisi kisah cerita
1.3.2.9      Romance ialah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang terhadap kekasihnya.
1.3.2.10    Elegi ialah sajak atau puisi bersedih-sedih, suara sukma yang meratap-ratap, batin yang merintih.
1.3.2.11 Ode ialah sajak yang berisi pujian dan sanjungan terhadap seseorang yang besar jasanya dalam masyarakat, seseorang yang dianggap pahlawan bangsa karena darma baktinya kepada nusa dan bangsa.
1.3.2.12 Himne ialah sajak pujian kepada Tuhan atau sajak keagamaan.
1.3.2.13 Epigram ialah sajak yang berisi ajaran hidup, semangat perjuangan.
1.3.2.14 Satire ialah sajak yang berisi kritik atau sindiran yang pedas atau kepincangan-kepincangan yang terlihat dalam masyarakat


1.4 Anggapan Dasar dan Teori          
1.4.1 Anggapan Dasar
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis simak dan perhtikan pada dan perhatiakan bagaimana perbedaan antara puisi lama dan puisi baru, kita bisa megetahuinya dengan beberapa teori ilmiah yang akan disampaikan pada teori nantinya. Dan juga mengungkapkan kembali isi puisi atau menginterpretasikan masalah-masalah yang ada dalam bentuk karya sastra puisi tersebut.
1.4.2 Teori
Untuk pemecahan masalah yang diangkat  dalam penelitian ini perlu adanya landasan teori yang relevan terhadap masalah yang telah penulis rumuskan, teori yang digunakan sebagai acuan adalah teori yang relevan yang akan dipaparkan sebagai berikut

1.4.2.1 Karya Sastra
Sastra adalah karya sastra imajinatif bermedia yang nilai estetikanya bernilaidominan. Melalui karya sastra seorang pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan gagasan tentang kehidupan yang ada disekitar pengarang.
UU Hamidy ( 2001 : 7) Menjelaskan “Karya sastra adalah karya kreatif imaginatif. Yaitu karya yang mempunyai bentuk demikian rupa, sehingga unsur-unsur estetikanya merupakan bagian yang dominan.

1.4.2.2 Puisi
Puisi adalah bagian dari  karya sastra. Ia terbangun dari unsur makna yang tertuang dalam kata-kata. Selain itu, puisi merupakan jelmaan rasa penciptanya, ungkapan hati baik itu sedih, gembira, marah, benci, simpatik, dan lain sebagainya.Puisi pada dasarnya adalah perwakilan dari perasaan penulis yang jujur dan tertuang dalam kata-kata yang penuh keindahan. Dan lagi-lagi ternyata keidahan itu tidak dapat dipaksakan, melainkan lahir dari hati.
Pengertian puisi sendiri menurut Rahmat Joko Pradopo ialah ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan, ia mampu membangkitkan imajinasi panca indera dalam suasana yang berirama. Dalam pengertian puisi yang diungkapkan Pradopo di atas berarti puisi menjadi jembatan antara rasa yang dimiliki penulis dengan dunia luar melalui kata-kata.
 http://www.tandakutip.com/pengertian-puisi/
Jalil ( 1984 : 11-13 ) Mengungkapkan,
sebuah karya puisi merupakan pancaran kehidupan sosial, gejolak kejiwaan dan segala aspek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik secara langsung ataupun tidak langsung, secara sadar atau tidak dalam suatu masa atau periode tertentu”. Pada dasarnya keutuhan pengertian puisi tidak lepas dari ruang lingkup pengertian kesusastraan, yaiut karangnan atau tulisan yang indah yang mempunyai makna tertentu dan mempunyai nilai estetis.



Puisi digolongkan dalam 3 bentuk
-          Puisi lama: merupakan cerminan masyarakat lama. Karena masyarakat lama itu bersifat kolektif dan cenderung statis maka sifat yang demikian itu juga tercermin dalam karya sastranya khusunya puisi.
-          Puisi baru; Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Dengan penulisannya yang bebas dalam memilih kata.
-          Puisi modern : kebebasan dalam menggunakan bahasa sendiri oleh para penyair, penyair angkatan ini dikategorikan sebagai penyair angkatan1945, dan karya-karya puisinya termasuk dalam kelompok puisi modern.
1.5 Penentuan Sumber Data
1.5.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah secara umum diketahui oleh para pembaca supaya dalam menginterpretasikan puisi atau menganalisi puisi ini dapat memahaminya.
1.5.2 Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel penuh(total) artinya semua data yang di temukan dapat dijadikan sampel. Menurut Hamidy (2003 : 10)” sampel penuh atau sampel total adalah semua populasi dijadikan sampel”.
1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.6.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kajian menulis  karena penelitian ini memfokuskan pada menginterpretasikan atau mengungkapkan kembali isi puisi yang digunakan untuk memahami apa yang ditulis oleh sang penyair. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran keadaan yang sebenarnya. Data dan informasi penelitian ini penulis deskripsikan, dianalisis, dan diinterpretasikan sesuai dengan permasalahan penelitian.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak,teknik catat dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data tersebut penulis uraikan sebagai berikut:
1. Teknik simak yaitu menyimak puisi yang telah ditulis oleh sang penyair kemudian menginterpretasikan isi pusi tersebut.
2.  Teknik catat yaitu teknik mencatat atau menuliskan kembali apa yang telah disimak dari puisi karya penyair tersebut.


1.6.3 Teknik Analisis Data
Teknik yang penulis gunakan untuk menganalisis data penelitian sebagai berikut:
1. Menyimak dan mencatat puisi karya Chairil Anwar secara berulang ulang sehingga mendapatkan hasil yang baik.  
2. Setelah diperoleh data kemudian data disajikan dan dikelompokkan serta dianalisis sesuai dengan masalah yaitu;(1) Apa saja yang termasuk karya sastra bentuk puisi tersebut dan , (2). Bagaimana perbedaan dari masing masing interpretasi karya sastra bentuk puisi antara puisi lama (pantun) dan puisi baru  (Chairil Anwar).










BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puisi
Puisi merupakan sebuah karangan yang ditulis oleh sang pengarang dengan kata-kata yang indah, melalui perasaan batin menyentuh hati, pancaran gejolak jiwa dan merupakan kata sastra yang khas dalam pemilihan katanya. Puisi juga dapat diartikan sebagai  bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.

2.1.1 Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
·  Jumlah kata dalam 1 baris
·  Jumlah baris dalam 1 bait
·  Persajakan (rima)
·  Banyak suku kata tiap baris
·  Irama
-Ciri puisi lama:
·  Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
·  Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
·  Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata     maupun     rima.
2.1.2 Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
-Ciri-ciri Puisi Baru:
  • Bentuknya rapi, simetris;
  • Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
  • Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
  • Sebagian besar puisi empat seuntai;
  • Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
  • Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
2.1.3 Puisi Modern
Puisi modern yaitu adanya kebebasan menggunakan bahasa indonesia. Kebebasan menggunakan bahasa indonesia oleh penyair, digunakan sebagai alat untuk menghembuskan napas kebencian pada Jepang. Penyair angkatan ini dikategorikan sebagai penyair angkatan 1945, dan karya-karya puisinya termasuk dalam kelompok puisi modern. Diantara puisi  modern; (1) berjudul “Aku” karya Chairil Anwar, (2) berjudul “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah.

2.1.4  Interpretasi Puisi
Karya sastra itu bermakna, terutama dalam penulisan puisi usaha ke arah itu melibatkan kita untuk menafsirkan atau memberikan interpretasi terhadap bahasa yang dipakai dalam tiap baris puisi. Kita memerlukan suatu interpretasi yang khas untuk suatu lambang dan kiasan yang agaknya disarankan oleh sipenyair melalui bahasa puisinya. Berikut contoh pantun dan syair. Sekalian dibahas interpretasinya
·         Pantun adalah termasuk puisi lama yang bersajak a-b-a-b
Contoh pantun : Kupaskan terung dengan mumbang
Letak rebung dalam kuali
Lepaskan burung hendak terbang
Kalau untuk balik kembali
Interpretasi :
Baris pertama dan kedua tidak ada kesulitan. Sepasang baris itu dapat dipandang sebagai hiasan persajakan saja, tidak ada unsur perlambangan dan kiasan. Dalam baris ketiga ada kata burung dalam kehadiran sebagai lambang atau simbol. Kata itu melambangkan sesuatu tapi lebih baik barangkali jika dipandang sebagai lambang terhadap seorang kekasih. Lepaskanlah sang kekasih itu, jika hendak pergi. Dengan interpretasi pantun itu ada 2 baris terakhir itu ialah: jika kita mempunyai seorang kekasih, dan pada satu ketika dia hendak berpisah dari kita, maka biarkanlah dia pergi tak ada gunanya dia ditahan- tahan sebab bagaimana pun, jika dia memang jodoh atau untung kita tentukanlah dia akan kembali jua kepada kita.
·         Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia, dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Syair yang bersajak a-a-a-a
Contoh syair :  Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil tubuhmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal diammu
Interpertasi : yang paling penting dari syair di atas ialah pemakaian kata perahu sebagai simbol daripada tubuh manusia. Jadi tubuh kita ini adalah alat untuk menyeberang dari suatu tempat ke tempat yang lain, yaitu dari dunia ini kepada akhirat. Perahu sebagai suatu alat, tentulah hanya dipergunakan selama alat itu masih berfungsi, bila sudah rusak tentu akan dibuang. Sebab itu, hendaklah kita mengenal perahu itu yaitu diri kita ini; memikirkan, mengaji dan mempersiapkan demikian rupa agar dalam perjalanan ke tempat yang kekal itu (akhirat ) kita akan selamat.
Setelah pembahasan diatas lalu dilanjutkan  dengan puisi baru, puisi karya Chairil Anwar dan interpretasinya. Bagaimana totalitas puisinya apakah menggambarkan keemosian yang timbul dari sang penyair, keegoisan yang tinggi dalam menggambarkan keadaan dizaman penjajahan dulu. Untuk itu kita lihat contoh puisi karya Chairil Anwar.



·         Puisi Chairil Anwar,
Penerimaan
Kalau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.
Interpretasi : 
Setelah dibaca keseluruhannya, tampaklah bahwa puisi itu memberikan gambaran tentang seorang laki-laki dengan bekas kekasihnya. Kekasihnya itu telah ternoda, tampak dari kiasan baris bak kembang sari sudang terbagi (=jadi kembang sari yang sudah asli atau sudah tidak utuh lagi). Sungguh pun begitu lelaki itu masih mau menerima kehadiran perempuan itu dengan sepenuh hatinya karena dia masih tetap sendirian (belum mempunyai kekasih lain). Tapi dalam penerimaan yang sekarang ini sang lelaki memang benar-benar meminta kepada wanita itu bahwa dia hanya akan mencintai dirinya seorang saja, tidak lagi akan berbelah ( dengan jalan yang bagaimanapun juga, seperti mencintai lelaki lain). Sebab jangan cinta yang tak mungkin di bagi, lagi dengan cermin yang mudah pecah pun dia tak suka berbagi
Itulah interpretasi puisi diatas melukiskan keadaan seorang wanita yang telah selingkuh dengan lelaki lain, ini adalah sebuah keemosian yang tinggi kepada lelaki itu, tapi lelaki itu masih baik hari dan mau menenerima wanita itu. dan lelaki itu berjanji kepada wanita itu agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.

·  Puisi  Chairil Anwar (Aku)
             Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Interpretasi:
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Dalam baris pertama “kalau sampai waktuku” Si “aku” membuang semua kekhawatirannya tentang suatu kematian. Dia tidak lagi perduli kepada siapa saja yang yang merayunya. Tidak juga kekasinya.
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Si “aku” memesankan kepada orang-orang terdekatnya supaya supaya melepasnya, jika saatnya telah tiba menghadap sang khalik. Bahkan dia menyebt-nyebut dirinya sebagai binatang jalang, Sebuah simbol kehinaan.
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri
Si “aku” berterus terang tentang apa yang telah di deritanya, tapi dia tetap mencoba untuk menanggungnya sendiri. Karena jika saatnya tiba, semua perih akan hilang.


Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Si “aku” ingin hidup seribu tahun lagi. Di sini Chairil telah menjelma si “aku”. Walaupun raganya telah tiada, tapi dia ingin karyanya tetap hidup selamanya.
               Puisi ini menimbulkan efek emosional terhadap pembaca. Sajak Aku di atas dapat saja mengikuti pola pantun maupun syair. Tetapi kesan yang dibangkitkannya kepada pembaca atau penikmat akan lain dibandingkan dengan kesan susana yang ditmbulkannya adanya perbedaan bagaimana larik, baris, rima dan irama yang ada antara puisi lama dan puisi baru.









BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Puisi adalah bentuk kesustraan yang paling tua. Penyair memilih kata – kata yang setepatnya dan disusun  secara sebaik – baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
Dari berbagai bentuk karya sastra ini antara puisi lama dan puisi baru tentu sangat banyak perbedaan dari masing masing jenis puisi tersebut, Di samping  perbedaan zaman dan  masyarakatnya, secara lahiriah ketiga kelompok puisi diatas memang  menampakkan ketidaksamaan. Puisi lama sangat terikat oleh berbagai aturan yang telah diadatkan seperti rima, jumlah baris, irama dan lain-lain sedangkan puisi baru tidak demikian. Puisi baru pada umunya hanya terikat oleh jumlah baris sedang rima dan dan irama maupun jumlah suku kata tidak mutlak harus diikuti. Ini berarti lebih bebas daripada puisi lama. Puisi modern jauh lebih bebas dari ikatan-ikatan yang biasanya berlaku pada puisi lama. Puisi modern sama sekali tidak terikat oleh aturan apapun; baik jumlah  baris, rima atau yang lain. Yang dipentingkan di sini adalah isi yang hendak disampaikannya. Bentuk tunduk pada isi. Tidak mengherankan kalau ada puisi modern yang hanya terdiri atas deretan kata ke bawah seperti puisi Chairil Anwar yang berjudul ‘1943’ atau puisi Sitor Situmorang yang hanya satu baris itu. yang dipentingkan puisi modern bukan lagi bentuk berirama melainkan ketepatan pemilihan dan penggunaaan kata atau perangkat bahasa yang lain.
Begitu juga dengan menginterpretasikan puisi lama dan puisi baru kalau puisi lama kita hanya melihat pola baris dan maksud puisi tersebut sedangkan pada puisi baru kita melihat sendiri bagaimana totalitas puisi yang mencerminkan perasaan seseorang dalam  keegoisan, sedih, senang , derita dan sebagainya. Ini merupakan perbedaan perbedaaan dari bentuk puisi tersebut.
2.2  SARAN
Agar dalam setiap kita menginterpretasikan puisi atau menganalisis puisi kita harus mengetahui dulu karya sastra bentuk puisi baik itu puisi lama maupun puisi baru, kemudian baru kita menganalisisnya dengan baik dan benar.











DAFTAR PUSTAKA

Hamidy, UU. 2001. Pembahasan Karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru : Unri Press.
Jalil. 1984. Teori dan Periodisasi Puisi Indonesia. Bandung: Bandung Angkasa.
Hamidy, UU. 1984. Tradisi Kepenyairan di Indonesia. Pekanbaru: Bumi Pustaka.
Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Darma, Budi.1983. Solilokui Kumpulan Esei Sastra. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta