Minggu, 16 Desember 2012

MATERI AJAR KELAS X SEMESTER 1

1. Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan.
Contoh : keadaan banjir, suasana di pasar

-  Menandai Ciri-ciri Paragraf Deskripsi

KUTIPAN 1
Malam itu, indah sekali. Di langit, bintang – bintang berkelip – kelip memancarkan cahaya. Hawa dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik, burung malam, dan kelelawar mengusik sepinya malam. Angin berhembus pelan dan tenang.

KUTIPAN 2
Kamar itu, menurut penglihatan saya, sangatlah besar dan bagus. Sebuah tempat tidur besi besar dengan kasur, bantal, guling, dan kelambu yang serba putih, berenda dan berbunga putih, berada di kamar dekat dinding sebelah utara. Kemudian, satu cermin oval besar tergantung di dinding selatan. Di kamar itu juga ada lemari pakaian yang amat besar terbuat dari kayu jati. Lemari kokoh itu tepat berada di samping pintu kamar

Kedua kutipan tersebut adalah contoh paragraf deskripsi. Paragraf deskripsi mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu bertujuan untuk melukiskan suatu objek.

· Dalam paragraf deskripsi, hal-hal yang menyentuh pancaindera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, atau perabaan) dijelaskan secara terperinci. Inilah ciri-ciri paragraf deskripsi yang menonjol, seperti dalam kutipan 1.

· Ciri yang kedua adalah penyajian urutan ruang. Penggambaran atau pelukisan berupa perincian disusun secara berurutan; mungkin dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari depan ke belakang, dan sebagainya, seperti dalam kutipan 2.

· Ciri deskripsi dalam penggambaran benda atau manusia didapat dengan mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek secara detil/terperinci menurut penangkapan si penulis.
….seorang gadis berpakaian hitam…..
….tiga lelaki tanpa alas kaki….
· Dalam paragraf deskripsi, unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran.
….bersama terpaan angin yang lembut…..

-          Menyusun kerangka karangan
http://belajar.kemdiknas.go.id/images/edukasi/blank.gif
Kerangka karangan adalah garis besar dari hal-hal yang hendak ditulis. Dengan kerangka, penulis dimudahan untuk menuangkan ide secara sistematis, terarah, dan kemungkinan mendapatkan kelengkapan materi. Kerangka paragraf deskriptif harus menggambarkan keadaan atau suasana suatu objek yang akan dideskripsikan.  Contoh menyusun kerangka.

Topik : Suasana Malam
Kerangka paragraf:

1. malam indah
2. bintang bertaburan
3. udara dingin
4. suara burung hantu bersahut-sahutan
5. bulan memancarkan sinarnya
6. tidak ada yang lewat


-          Mengembangkan kerangka deskripsi
Mengembangkan kerangka deskripsi

Kerangka paragraf
yang telah Anda susun, kemudian dikembangkan menjadi sebuah paragraf yang terdiri atas kalimat utama (jika ada) dan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat utama dapat dituangkan di awal paragraf (deduktif), di akhir paragraf (induktif) , atau di awal dan diulang pada akhir paragraf (deduktif-induktif). Pengembangan kerangka tersebut sebaiknya dengan cara satu pikiran penjelas dikembangkan menjadi satu kalimat penjelas.
Kalimat utama adalah kalimat tempat dituangkan topik paragraf/pikiran utama/ ide pokok.
Kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan pikiran-pikiran penjelas.
Contoh:

Topik : Suasana Malam

Kerangka paragraf:



1. malam indah

2. bintang bertaburan

3. udara dingin

4. suara burung hantu bersahut-sahutan

5. bulan memancarkan sinarnya

6. tidak ada yang lewat


Pengembangan:



Malam itu indah sekali. Bintang-bintang di langit bertaburan dengan memancarkan cahaya yang kelap-kelip. Udara dingin menggigit tubuhku. Suara burung hantu bersahut-sahutan membuat bulu kudukku merinding. Bulan memancarkan sinarnya ke seluruh alam semesta. Tidak ada seorang pun yang lewat di sekitarku.


Setelah Anda
baca paragraf tersebut, Anda akan mengetahui bahwa kata-kata yang tercetak tebal merupakan kerangka paragraf, sedangkan kata-kata yang dicetak biasa merupakan pengembangan kerangka tersebut.

-          Frasa Ajektif dalam Paragraf deskriptif
Frasa ajektif adalah kelompok kata yang unsur intinya berupa kelas kata sifat. Misalnya: sangat cerdas (unsur intinya cerdas), baik sekali (unsur intinya baik), indah nian (unsur intinya indah).


Frasa Ajektif biasanya banyak digunakan dalam paragraf deskriptif. Paragraf yang banyak menggunakan frasa ajektif biasanya lebih jelas dan menarik. Contoh penggunaan frasa ajkektif (tercetak miring) dalam paragraf deskriptif.
http://1.bp.blogspot.com/-I0OQGjwG7uk/TpR-Mdq1AKI/AAAAAAAAALo/gKcwByo9hKo/s320/pantaiindah.jpeg


Pantai sepanjang 4 km ini sangat landai. Pasirnya putih bersih. Air lautnya bening sekali. Tidak jauh
dari pantai tersebut tampak sebuah cottages yang cukup menarik bagi wisatawan. Di sekeliling cotteges itu tampak taman yang tertata sangat rapi dan menarik. Pulau yang terdapat di depan pantai ini tampak airnya bergelombang sangat tenang dan jernih.


2. Pengertian paragraf eksposisi
Paragraf Eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Karangan eksposisi bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber karangan ini dapat diperoleh dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman.
Paragraf Eksposisi tidak selalu terbagi atas bagian-bagian yang disebut pembukaan, pengembangan, dan penutup. Hal ini sangat tergantung dari sifat karangan dan tujuan yang hendak dicapai.
  • berusaha menjelaskan tentang sesuatu
  • gaya tulisan bersifat informatif
  • fakta dipakai sebagai alat kontribusi
  • fakta dipakai sebagai alt konkritasi
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.
-          Contoh Paragraf Eksposisi 2 (ilustrasi)
Cengkeh, pohon yang tetap hijau.sysygium aromatikum (eugenia-carllophulinta), asli di kepualauan maluku. kuncup bunganya yang belum terbuka ialah rempahnya yang penting. disamping pengguanaan terpenting sebagai rempah-rempah, kuncup bunganya yang berbentuk paku.
Jika sudah dikeringkan, dipakai di pulau jawa sebagai campuran tembakau, lebih-lebih sesudah tahun 1915 dengan pesatnya perusahaan rokok kretek di kudus dan di tempat-tempat selain itu. lalu, kadang-kadang sesudah digiling digunakan untuk mengharumkan kue, juga menghasilkan minyak uap yang digunakan sebagai bahan obat-obatan dan minyak wangi.
-          Contoh Paragraf Eksposisi 3 (perbandingan / pertentangan)
Dilapangan, saat ini para petambak justru tengah memberikan benih udang vannamei. meski harganya lebih murah dari udang windu. tetapi, udang vannamei punya keunggulan, yaitu tahan dari berbagai penyakit, sedangkan udang windu sangat rentan dengan penyakit.
-          Contoh Paragraf Eksposisi 4 (laporan)
Sebenarnya, bukan hanya ITS yang menawarkan rumah instan sehat untuk Aceh atau dikenal dengan Rumah ITS untuk Aceh (RI-A). Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum juga menawarkan Risha alias Rumah Instan Sederhana Sehat. Modelnya hampir sama, gampang dibongkar-pasang, bahkan motonya Pagi Pesan, Sore Huni. Bedanya, sistem struktur dan konstruksi Risha memungkinkan rumah ini berbentuk panggung. Harga Risha sedikit lebih mahal, Rp 20 juta untuk tipe 36. akan tetapi, usianya dapat mencapai 50 tahun karena komponen struktur memakai beton bertulang, diperkuat pelat baja di bagian sambungannya. Kekuatannya terhadap gempa juga telah diuji di laboratorium sampai zonasi enam.
-          Contoh Paragraf Eksposisi 5 (proses)
Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata. Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan. Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras yang mereka kumpulkan di balik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.
-          Contoh Paragraf Eksposisi 6 (definisi)
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.

-          Menulis Paragraph Eksposisi


Tahukah Anda arti kata eksposisi? Eksposisi berarti uraian (paparan) tentang maksud dan tujuan. Pernahkah Anda menjelaskan tentang sesuatu kepada orang lain sehingga orang lain memahami atau mengerti apa yang Anda jelaskan? Misalkan Anda menjelaskan cara membuat sesuatu atau mengolah jenis makanan tertentu. Tentu Anda akan menjelaskan langkah-langkah pembuatannya sehingga orang tersebut mengerti.

Untuk dapat membuat paragraf eksposisi yang baik, Anda harus mengikuti langkah-langkah berikut. Pertama, menentukan topik. Kedua, menentukan tujuan, ketiga memilih data, keempat membuat kerangka sesuai dengan topik, kelima mengembangkan kerangka atau menulis paragraf. Terakhir, menyunting paragraf yakni, mencermati penggunaan ejaan, pilihan kata, dan susunan antarkalimat agar koheren dan kohesi. Topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf eksposisi antara lain: cara mendaur ulang sampah, cara menggunakan alat komunikasi masa kini (mis. handphone), cara belajar yang efektif dan efisien, serta cara menurunkan berat badan.
-          Macam-macam topik paragraf eksposisi
Contoh topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf eksposisi:
  1. How to make avocado juice (bagaimana membuat jus alpukat)
  2. The way to operate computer. (Cara mengoperasikan computer)
Pola pengembangan karangan eksposisi ada bermacam-macam, di antaranya pola pengembangan proses. Paragraf proses itu menyangkut jawaban atas pertanyaan bagaimana cara kerjanya, bagaimana mengerjakan hal itu (membuat hal ini), bagaimana barang itu disusun, bagaimana hal itu terjadi).
-          Contoh: cara mendaur ulang sampah
Pada contoh tersebut ada tahapan yang harus dilakukan, seperti memilah-milah sampah yang organik dan anorganik, memasukkan sampah tersebut ke tempat sampah organik atau anorganik, membawa sampah yang sudah dipilah ketempat pengolahan, sampah diolah, dan -
-  Langkah-langkah menyusun paragraf eksposisi pola pengembangan proses
1. Mengetahui perincian secara menyeluruh
2. Membagi perincian ke dalam tahap-tahap kejadiannya.
- Langkah-langkah menulis paragraf eksposisi
1. menentukan topik,
2. menentukan tujuan paragraf,
3. memilih data yang sesuai dengan topik,
4. membuat kerangka paragraf sesuai gambar,
5. mengembangkan kerangka menjadi karangan
6. mengedit paragraf
-  Menyunting Paragraf
Hal-hal yang perlu Anda perhatikan pada saat menyunting paragraf adalah :
  1. kesesuaian isi paragraf dengan topik
  2. kesesuaian isi paragraf dengan kerangka
  3. penggunaan kalimat yang koherensi (padu), kalimat pertama harus berkaitan dengan kalimat kedua. Kalimat kedua berhubungan dengan kalimat ketiga dst.
  4. ejaan dan pilihan katanya (baku atau tidak, tepat atau tidak) 
5.       

-          Eksposisi

Posted on
Eksposisi atau paparan merupakan bentuk karangan yang memaparkan, menjelaskan, menguraikan, atau memerikan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan tujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan pembaca. Eksposisi adalah suatu karangan yang bertujuan memberikan penjelasan atau informasi kepada pembaca tentang suatu hal. Oleh karena itu, karangan eksposisi disebut juga karangan informatif.
Pada karangna eksposisi, informasi yang dikemukakan dimaksudkan sebagai penjelasan gagasan penulis tentang suatu hal/objek. Karangan eksposisi bertujuan agar pembaca memperoleh informasi atau keterangan yang sejelas-jelasnya tentang objek tersebut. Dengan demikian, tujuan utama karangan eksposisi adalah memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Titik perhatian lebih mengarah pada kecerdasan atau akal, bukan perasaan atau emosi pembaca. Yang harus selalu diingat adalah bahwa karangan eksposisi sama sekali tidak mendesak atau memaksa orang lain untuk menerima pandangan atau pendirian tertentu, tetapi semata-mata memberikan informasi. Umumnya menjawab pertanyaan apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
Untuk memaparkan hal yang dikemukakan, tidak jarang karangan eksposisi menggunakan contoh, grafik, tabel, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya.
Contoh eksposisi antara lain artikel di surat kabar, petunjuk dalam label atau kemasan barang, buku cara beternak belut, cara mengembangbiakkan adenium, dsb.
Paragraf eksposisi dapat dikembangkan dengan berbagai macam pola pengembangan, diantaranya:
1.   Pola pengembangan proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau perurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Pada pola pengembangan proses penulis menjelaskan tiap urutan ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses itu dengan jelas.  Misalnya, bagaimana sebuah mesin bekerja? Bagaimana cara membuat brem?  Jawaban atas pertanyaan tersebut mengacu pada suatu proses.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan proses adalah mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu, dan sebagainya.
Contoh:
Pohon anggur, di samping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambillah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah. Insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.
2.   Pola pengembangan definisi
Pada pola pengembangan definisi ini paragraf dikembangkan dengan memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. Di sini kita tidak menghadapi hanya suatu kalimat, tetapi suatu rangkaian kalimat untuk menjelaskan suatu hal.
Contoh:
Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen murni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.
3.   Pola pengembangan contoh/ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi/contoh yang konkret. Dalam eksposisi, contoh-contoh tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat, tetapi contoh-contoh tersebut dipakai untuk menjelaskan dan menegaskan ide, gagasan, dan maksud penulis. Dalam hal ini pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi/contoh yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
Kata penghubung yang  biasa digunakan pada pola pengembangan contoh/ilustrasi adalah misalnya, seperti, contoh, dan sebagainya.
Contoh:
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik. Indikatornya dapat dilihat dari berbagai aspek. Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan, misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.
4. Pola pengembangan perbandingan
Pola pengembangan paragraf yang dikembangkan dengan menggunakan dua sudut pandang perbandingan secara berpasangan, misalnya unsur kesamaan dan perbedaan, keuntungan dan kerugian, kelebihan dan kekurangan. Kalimat utama dalam paragraf perbandingan menyatakan dua hal yang akan dibandingkan. Maksud dari perbandingan itu antara lain untuk menjelaskan pada suatu penilaian yang relatif mengenai kedua hal yang dibandingkan itu.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan perbandingan adalah dibandingkan dengan, jika dibandingkan dengan, daripada, dan sebagainya.
Contoh:
Tema lagu anak-anak zaman dulu lebih bervariasi dan mengandung pesan-pesan pendidikan yang bermanfaat bagi perkembangan mental-psikologis anak jika dibandingkan dengan lagu anak-anak masa kini. Anak-anak zaman dulu telah belajar tentang kebesaran Tuhan (Pelangi), alam sekitar (Lihat Kebunku), kasih sayang (Oh, Ibu dan Ayah), transportasi (Tamasya), dan pendidikan (Lihatlah Kawan) melalui lagu-lagu tersebut. Lagu tersebut mampu mendatangkan kegembiraan juga memperluas wawasan pengetahuan anak-anak. Dibandingkan dengan lagu-lagu lama, lagu anak-anak zaman sekarang kurang memiliki variasi tema. Lagu-lagu tersebut kurang memperhatikan nilai yang ingin ditanamkan pada diri anak dan lebih memperhatikan kebutuhan pasar. Jadi, temanya bersifat temporer karena mengikuti perubahan selera pasar. Unsur kesamaan yang masih ditemukan dalam kedua kelompok lagu ini ialah para pencipta lagu masih berusaha menciptakan irama yang gembira dan ritme yang sederhana, seperti kehidupan anak-anak itu sendiri.
5. Pola pengembangan pertentangan/kontras
Berbeda dengan pola perbandingan, pola pertentangan hanya mempertentangkan atau menyatakan perbedaan dari dua hal yang dibandingkan. Kalimat utama menjelaskan inti perbedaan yang dilihat dari sudut pandang tertentu, misalnya fungsi, ciri, ukuran fisik, dan sebagainya.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan pertentangan/kontras adalah berbeda, berbeda dengan, akan tetapi, tetapi, namun, padahal, sebaliknya, dan sebagainya.
Contoh:
Tugas seorang konduktor pada pergelaran orkestra di negara-negara barat berbeda dengan kebanyakan konduktor pergelaran orkestra di Indonesia. Konduktor pergelaran orkestra di negara barat bertanggung jawab penuh pada kualitas musik orkestra yang ditampilkan. Syarat utama menjadi konduktor tentu secara musikal harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam, baik secara teoretis maupun praktis. Berbeda dengan konduktor negara barat, menurut penuturan Widya Kristanti, seperti halnya dirinya, di Indonesia konduktor untuk orkestra, khusunya yang bersifat populer, umumnya tidak mempunyai latar belakang akademis. Bahkan lebih dari itu, kebanyakan konduktor tersebut masih bekerja rangkap sebagai music director ( pimpinan pergelaran musik) dan masih terkait dengan masalah-masalah prapoduksi dan produksi pergelaran musik itu sendiri.
6.   Pola pengembangan analogi
Pola analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal yang dibandingkan tadi. Jika dalam pola perbandingan berusaha menunjukkan kesamaan antara dua hal dalam kelas yang sama, tetapi dalam pola analogi menunjukkan kesamaan antara dua hal yang berlainan kelas.
Kata penghubung yang digunakan dalam pola pengembangan analogi sama dengan pada pola pengembangan perbandingan.
Contoh:
Struktur suatu karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau sama dengan suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi batang, dahan, ranting, dan daun, maka karangan atau buku dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, sub-bab, dan paragraf. Tubuh karangan sebanding dengan batang, bab sebanding dengan dahan, sub-bab sebanding dengan ranting, dan paragraf sebanding dengan daun.
7.   Pola pengembangan umum-khusus atau khusus-umum
Pola pengembangan umum-khusus berarti memaparkan suatu permasalahan bertolak dari suatu pernyataan yang bersifat umum kemudian berangsur-angsur menyempit ke hal-hal yang bersifat khusus. Hal atau pernyataan yang bersifat umum berkedudukan sebagai pokok informasi (pikiran utama), sedangkan hal yang bersifat khusus berkedudukan sebagai informasi tambahan (pikiran penjelas). Apabila pola ini dibalik, yaitu memaparkan hal-hal yang bersifat khusus kemudian memuncak pada hal yang bersifat umum, pola pengembangannya bergeser menjadi khusus-umum.
Contoh:
Sifat konflik di negeri ini sudah mulai bergeser dari vertikal ke horizontal. Semula konflik vertikal, yaitu konflik antara rakyat setempat dan pemerintah pusat, hanya terjadi di daerah-daerah tertentu yang secara historis memang memiliki potensi konflik seperti Aceh dan Papua. Kini konfliknya berubah sifat menjadi horizontal, yaitu antara sesama warga masyarakat. Konflik horizontal ini umumnya dipicu oleh suatu isu tertentu yang entah dihembuskan oleh siapa, kemudian isu tersebut direspon positif oleh warga masyarakat. Terjadilah pro dan kontra di kalangan warga. Kondisi seperti ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mereka yang kita kenal sebagai provokator.
8.   Pola pengembangan klasifikasi
Klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan hal-hal atau sesuatu yang dianggap memiliki kesamaan tertentu. Paragraf eksposisi klasifikasi dikembangkan berdasarkan suatu kategori umum kemudian diikuti dengan penjelasan anggotanya. Pola pengembangan klasifikasi pada dasarnya hanya menyebutkan sejumlah kategori menurut sudut pandang tertentu.
Contoh:
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.
9.   Pola pengembangan sebab-akibat
Pengembangan paragraf eksposisi dapat pula dinyatakan dengan mempergunakan sebab-akibat. Dalam hal ini, sebab bisa bertindak sebagai  gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Atau sebaliknya, akibat sebagai gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Kata penghubung yang biasa digunakan pada pola pengembangan sebab-akibat adalah sebab, akibatnya, sehingga, maka, dan sebagainya
Contoh:
Pada tahun 2002, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 juta ton pada tahun 2003. Sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 2002 mencapai 2,5 juta ton.

Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.


3. Macam-Macam Majas dan Contohnya:
     Majas perbandingan
  1. Metafora adalah Gabungan dua hal yang berbeda yang dapat membentuk suatu pengertian baru. Contoh : Raja siang, kambing hitam
  2. Alegori adalah Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan yang utuh. Contoh : Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
  3. Alusio adalah Majas yang mepergunakan peribahasa / kata – kata yang artinya diketahui umum. Contoh : Upacara ini mengingatkan aku pada proklamasi kemerdekaan tahun 1945
  4. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, ” umpama”, “ibarat”,”bak”, bagai”. Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
  5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
  6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
  7. Antonomasia adalah Majas yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang berdasarkan cirri / sifat menonjol yang dimilikinya. Contoh : Si pincang, Si jangkung, Si kribo.
  8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
  9. Metonimia adalah Majas yang memakai merek suatu barang. Contoh : Kami ke rumah nenek naik kijang.
  10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
  11. Litotes adalah Majas yang digunakan untuk mengecilkan kenyataan dengan tujuan untuk merendahkan hati. Contoh : Mampirlah ke gubuk saya (Padahal rumahnya besar dan mewah), Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
  12. Hiperbola adalah Suatu gaya bahasa yang bersifat melebih – lebihkan. Contoh : Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan
  13. Personifikasi adalah Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda, sehingga benda mati seolah-olah hidup. Contoh : Awan menari – nari di angkasa, baru saja berjalan 8 km mobilnya sudah batuk – batuk, Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
  14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
  15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
  16. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Contoh:Indonesia bertanding volly melawan Thailand.
  17. Eufemisme adalah Majas yang menggunakan kata – kata / ungkapan halus / sopan. Contoh: Para tunakarya itu perlu diperhatikan.
  18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
  19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
  20. Perumpamaan (Majas Asosiasi) adalah Suatu perbandingan dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama. Contoh : Bagaikan harimau pulang kelaparan, seperti menyulam di kain yang lapuk, Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
  21. Simbolik adalah Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan dengan benda – benda lain. Contoh : Dia menjadi lintah darat.
  22. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. Contoh:Kita bermain ke rumah Ina.
  23. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
  24. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Majas sindiran
  1. Ironi adalah Gaya bahasa yang bersifat menyindir dengan halus. Contoh : Bagus sekali tulisanmu, sampai – sampai tidak bisa dibaca
  2. Sinisme adalah Majas yang menyatakan sindiran secara langsung. Contoh : Perilakumu membuatku kesal.
  3. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
  4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
  5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas Penegasan
  1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
  2. Pleonasme adalah Majas yang menggunakan kata – kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata. Contoh: Mari naik ke atas agar dapat melihat pemandangan.
  3. Repetisi adalah Majas perulangan kata – kata sebagai penegasan. Contoh : Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku.
  4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
  5. Aliterasi adalah Majas yang memanfaatkan kata – kata yang bunyi awalnya sama. Contoh : Inikah Indahnya Impian?
  6. Paralelisme adalah Majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, disusun dalam baris yang berbeda. Contoh : Hati ini biru Hati ini lagu Hati ini debu
  7. Tautologi adalah Majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kata – kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti. Contoh : Saya khawatir dan was-was dengannya.
  8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.
  9. Antanaklasis adalah Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Contoh : Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah.
  10. Klimaks adalah Majas yang menyatakan beberapa hal berturut – turut yang makin lama makin mendebat. Contoh : Semua anak – anak, remaja, dewasa, orang tua dan kakek.
  11. Antiklimaks adalah Majas yang menyatakan sesuatu hal berturut – turut yang makin lama makin menurun. Contoh : Para bupati, para camat, dan para kepala desa.
  12. Inversi adalah Majas yang dinyatakan oleh pangubahan suatu kalimat. Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia.
  13. Retoris adalah Majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya sudah diketahui. Contoh : Siapakah yang tidak ingin hidup?
  14. Elipsis adalah Majas yang manghilangkan suatu unsure kalimat. Contoh : Kami ke rumah nenek (penghilangan predikat pergi).
  15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
  16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
  17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
  18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
  19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
  20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
  21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
  22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
  23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
  24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
  25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.

Majas Pertentangan
  1. Antilesis adalah Gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlawanan. Contoh : Air susu dibalas air tuba
  2. Oksimoron adalah Majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Contoh : Cinta membuatnya bahagia, tetapi juga membuatnya menangis.
  3. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
  4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
  5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
  6. Kiasmus adalah Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inverse. Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya.

irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Pengertian dan Contoh Kalimat Donotasi dan Konotasi

-Kalimat Denotasi dan Konotasi

Makna kata ialah hubungan suatu kata sebgai lambang bunyi dngan benda,perbuatan serta sifat yang dimaksudkan,ilmu yang menyelidiki makna kata

Jenis makna kata :
-Denotasi ialah suatu makna kata yang apadannya atau biasa disebut makna lugas (objektif)

contoh :Adik minum susu setiap pagi supaya sehat

Makna denotasinnya aadalah kat Minum

-Konotasi ialah suatu makna kata yang telah mengalami penambahan atau maknakiasan (subjektif)

contoh : kupu-kupu malam itu kalang kabut saat di grebek satpol pp

Makna konotasinnya adalah kupu-kupu malam

Nah Contoh diatas merupakan contoh kalimat dari makna denotasi dan makna konotasi, yang mungkin masih banyak contoh kalimat-kalimat yang lainnya yang bisa anda buat sendiri. antara lain menggunakan kata:

-Denotasi : makan,minum,tidur. dll

-Konotasi :kupu-kupu malam, buaya darat , tikus kantor, dll

Hembt sebenarnya masih banyak lagi makna kata yang lain selain makna konotasi dan makna kata denotasi , tapi untuk semntara yang saya posting adalah contoh dan pengertian dari makna Denotasi dan Konotasi, untuk makna kata yang lai mungkin akan saya posting untuk waktu selanjutnnya,

-Jenis-Jenis Puisi

Ditinjau dari bentuk dan isinya, puisi dapat dibedakan menjadi:
1. Puisi epic, yaitu suatu puisi yang didalamnya mangandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan maupun sejarah. Puisi epic dibedakan menjadi folk epic, yakni jika nilai akhir puisi itu dinyanyikan, dan literary epic, yakni jika nilai akhir puisi untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.

2. Puisi naratif, Yakni puisi yang didalamnya mengandung suatu cerita, mejadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif adalah balada yang dibedakan menjadi folk ballad dan literary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedenkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangan. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale, yaitu puisi yan berisi dongeng-dongeng rakyat.

3. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern Indonesia. Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Darmono, dan lain-lain.

4. Puisi dramatic, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisan tertentu. Dalam puisi dramatic dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog.

5. Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit.

6. Puisi satiric,
yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidak beresan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.

7. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.

8. Elegi,
yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang.

9. Ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan.

10. Hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bansa dan tanah air.

Dari Seorang Guru kepada Murid-Muridnya

Apakah yang kupunya, anak-anakku
selain buku-buku dan sedikit ilmu
sumber penabdian kepadamu.
Kalau di hari minggu engkau datang ke rumahku
aku takut, anak-anakku
kursi-kursi tua yang di sana,
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
semua padamu akan bercerita
tentang hidupku di rumah tangga.
Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita
depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja
- - -horison yang selalu biru bagiku- - -
karena ku tahu, anak-anakku
engkau telalu bersih dari dosa
untuk mengenal ini semua.

Karya : Hartono Andangdjaya
Sumber: Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, Jakarta, Erlangga, 1995

Dan di bawah ini merupakan contoh analisis puisi di atas :
  ISI : Menggambarkan kehidupan seorang guru yang sangat sederhana (miskin) , dan tidak pernah dia (guru) tunjukkan saat mengajar ke depan siswa-siswanya. Tujuan mulia seorang guru ingin memintarkan anak-anaknya (siswanya). Karena guru memandang sosok anak-anaknya (siswanya) masih suci (bersih tanpa dosa) yang tidak perlu diberi beban tentang kehidupan (berumah tangga).
    TEMA : Cerminan guru kepada murid-muridnya , kesederhanaan guru dihadapan murid-muridnya.
    AMANAH : Hargailah guru sebagai motivator belajar , Hargailah guru karna guru seperti pahlawan tanpa tanda jasa , dan Hargailah orang tua seperti guru.
     NADA : Dibaca secara sendu

-tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

- Puisi merujuk kepada susunan / aturan ayat yang menyampaikan maksud dalam bentuk yang indah. Puisi adalah satu cabang kesenian manusia. Puisi boleh berdiri secara sendiri, dan boleh juga disulam dalam seni lain seperti drama puisi, him atau lirik

Chairil Anwar
Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Analisis Makna

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Dalam baris pertama “kalau sampai waktuku” Si “aku” membuang semua kekhawatirannya tentang suatu kematian. Dia tidak lagi perduli kepada siapa saja yang yang merayunya. Tidak juga kekasinya.

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Si “aku” memesankan kepada orang-orang terdekatnya supaya supaya melepasnya, jika saatnya telah tiba menghadap sang khalik. Bahkan dia menyebt-nyebut dirinya sebagai binatang jalang, Sebuah simbol kehinaan.

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri

Si “aku” berterus terang tentang apa yang telah di deritanya, tapi dia tetap mencoba untuk menanggungnya sendiri. Karena jika saatnya tiba, semua perih akan hilang.

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Si “aku” ingin hidup seribu tahun lagi. Di sini Chairil telah menjelma si “aku”. Walaupun raganya telah tiada, tapi dia ingin karyanya tetap hidup selamanya Sigodang Pos.











4. Cerpen


Luka Oden
Wiwin pArlina
“Satu, dua, tiga.”
Mulut kecil Oden menghitung kepingan logam yang perlahan dimasukannya ke dalam celengan tanah miliknya.
“Tiga ratus!” Oden sumringah, dielusnya sayang celengannya. Kemudian dengan perlahan dimasukannya ke dalam kotak berkas yang dipungutnya di tempat sampah, hati-hati seklai seperti membelai bayi.
Saat Oden menggoyangkan kotak bekas itu, maka suara keping logam yang beradu menjadi sumber suara di dalam gubuk itu, dan bagi Oden suara-suara itu merupakan suara paling indah melebihi suara penyanyi dangdut yang dulu pernah didengarnya.
Detik itu menjadi kegembiraan Oden. Namun detik berikutnya kesenangan itu terganggu, bocah itu merasa ada sesuatu yang jatuh dikepalanya. Diusapnya basah, ini artinya air, hujan!
Oden segera mengambil beberapa kaleng bekas cat yang biasa disusun semacam pyramid, benar-benar kaleng multidungsi!
Dengan cetakan diletakannya kaleng itu pada titik-titik rawan gubuknya. Setelah selesai, Oden duduk diatas tikar tidurnya sambil memperhatikan air yang jatuh ke kaleng, bunyi jatuhnya nyaring mengganggu sekali, mala mini sepertnya ia tidak bisa tidur.
Hujan, sebenarnya Oden benci hujan. Keadaani ni akan membuatnya kelaparan sedikit lebih lama, karena bibinya pasti tidak akan sudi susah-susah menyambanginya saat hujan. Sejak awal Oden sudah diperlakukan berbeda, gubuk yang ditempatinya sengaja dibangun untuk mengatur jarak dengan keluarganya. Masih diingatnya dengan sangat jelas suara-suara yang mengingingkannya dirinya menjauh.
“Anak haram membawa sial, empat puluh rumah dari sini!”
“Anak jadah pembawa petaka”
“Anak jadah pembawa onar”
“Anak jadah…”
“Anak haram..”
“Dosa…”
“Petaka…”
“Sial…”
Entah apalagi yang mereka katakan, karena semakin Oden melangkah pergi, suara-suara itu kian sayup. Bila disuruh memilih, Oden lebih baik dipukul ibunya dan ditendang ayahnya. Setidaknya, artinya bila itu terjadi ia mempunyai orang tua. Oden berjanji tidak seperti malin kundang yang durhakan pada ibunya. Bocah berusia 6 tahun itu mempunyai seribu janji pada Tuhan apabila ia bertemu dengan ibunya. Tapi seribu sayang, tak ada satupun kisah ibunya yang sesuai dengan telinga kecilnya.
Oden layaknya selebritis, terkenal di kalangan ibu-ibu penggosip, namun tak kalah tenar di warung-warung pinggri desa, banyak yang Oden dengar tentang ibunya, versi tentang sejarah kelahiranya pun beragam, kata orang-orang, ibunya itu orang gila yang bunting diperkosa orang mabuk, tapi beredar pula berita bahwa ibunya orang gila yang dijadikan bulan-bulanan oleh preman kampong. Bahkan, ada yang mengatakan laki-laki yang menggagahi ibunya masih anggota keluarga.
Benar-benar beban mental bagi pikiran sederhana anak seusia Oden. Dibesarkan dalam lingkungan di mana orang-orang selalu mencibirnya,, membuat Oden hidup dalam ruang imajinasinya sendiri, benar-benar sendiri. Ini lebih menyakitkan dibanding sakit dan cacatnya tubuh, lebih menyakitkan disbanding perlakuan kasar pada fisik.
Anak itu jijik melihat ibu-ibu penggosip, mereka seperti belatung-belatung yang berpesta di atas bangkai tikus, kotor dan menjijikan!
Hanya satu kabar bagus yang menyentuh gendang telinganya, merembes ke pembuluh darah dekat hati, hangat, meningkatkan adrenalin. Angin segar, ini benar-benar angin segar bagi Oden. Sekarang, ia tahu keberadaan ibunya. Yang sejak itu merindukan buaiannya, merindukan putting susunya.
Inilah impian Oden, Selagalas, tempat yang dianggap tujuan hidupnya, tempat yang dilihat sebagai suatu istana dalam imajinasinya, tujuan dari segala usahanya. Mengingat itu, oden sperti mendengar suara kepingan logam, yang beradu, syahdu dan benar-benar nikmat.
Bila uang dalam celengannya itu sudah cukup ia akan langsung pergi ke tempat impiannya itu, Selagalas.
Tiba-tiba Oden meringis, perutnya merasa melilit, sedangkan hujan di luar semakin deras, Oden tersenyum kecut, suara air yang jatuh ke dalam kaleng juga sudah tidak terlalu nyaring, rupanya kaleng-kaleng itu sudah penuh, air mulai merembes ke lantai tanah dan gubuk Oden becek.
Oden semakin merapatkan tubuhnya, tubuh kurus itu menggigil, Oden menekuk tubuhnya dan sedikit menekan perutnya yang kian sakit, perlahan Oden tertidur, ia mulai lupa akan hujan, lupa, lupa…
Dalam tidurnya Oden tersenyum, sneyum hangat layaknya anak dalam buaian ibu. Ia seperti mendengar nyanyian bidadari, lembut begitu lembut. Ah, … Oden, mimpi. Memang terkadang mimpi itu indah. Tapi, bersiaplah untuk terjaga….
SELESAI


Unsur-Unsur Intrinsik:
Meupakan unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra.
Tema                           : Kerasnya Kehidupan
Alur                             : Maju
Tokoh                          : Oden, Bibi, Keluarga, Tetangga.
Perwatakan Tokoh      : Oden :  tegar, pekerja keras, pemimpi. (Protagonis)
                                    Bibi, keluarga, tetangga : Tidak bijaksana, tidak baik. (Antagonis)
Latar                            : Tempat : Gubuk, pedesaan.
                                    Waktu : Malam hari ketika hujan
                                     Suasana : Dingin, meresahkan, mencekam, memprihatinkan.
Sudut Pandang                           : Orang ketiga
Gaya Bahasa                   : Baku
Amanat                                        :
1.         Seburuk apapun keadaan kita, tetaplah bermimpi, tetaplah berusaha!
2.         Bagaimanapun keadaan orang tua kita, tetaplah berbakti kepada mereka. Karena bagaimanapun juga, mereka tetap orang tua kita.
3.         Tetaplah tegar, tetaplah menjadi positif walaupun tidak ada orang yang mendukungmu!
4.          Jangan berbicara sembarangan, karena bisa jadi apa yang kita bicarakan itu belum benar serta menyakiti perasaan orang lain.
5.          Apa yang anda lakukan sekarang akan berdampak pada kehidupan anak cucu anda nanti. Maka berbuat baiklah!








-Apa yang membuat sebuah cerpen menjadi cerpen yang menarik?***

Judul. Banyak pengarang yang tidak terlalu memikirkan judul. Padahal judul penting untuk menarik perhatian ketika pertama kali membaca tulisan tersebut. Judul harus tidak biasa-biasa saja sehingga membuat siapapun yang membacanya merasa ingin tahu. Judul yang keren! Kira-kira apa ya isi ceritanya? Sepertinya menarik. Penulis perlu memikirkan bagaimana sebuah judul merefleksikan isi cerita. (Pembahasan lengkap judul, dapat dibaca di sini: Pentingkah Memilih Judul Yang Tepat Untuk Novel/Novella/Cerpen Anda?)

Paragraf awal. Kualitas tulisan harus sudah terlihat sejak paragraf pertama. Tarik pembaca langsung kepada kejadian tertentu dalam cerita. Tunjukkan apa kejadian besar yang sedang terjadi, baru lakukan flashback. Bahkan bila perlu, tokoh sedang berada dalam situasi tertentu dan melakukan sesuatu sejak dari awal cerita. Visulisasikan adegan pertama seperti di dalam sebuah film, sesuatu sedang terjadi dan direkam oleh kamera.

Perhatikan detil. Tajamkan fokus pada kegiatan yang terjadi sehari-hari karena sebuah cerpen merekam kejadian dari menit ke menit tanpa membuat pembaca bosan karena monoton. Ingat film seri 24? Pelajari bagaimana mereka melakukannya.

Setting. Setting cerita harus menarik atau berbeda. Ia harus mampu membawa pembaca juga merasa hadir di sana. Dia tidak hanya terbatas pada dunia sehari-hari yang dikenal penulisnya dan kadang-kadang membatasi imajinasi penulis. Karena itu, jangan hanya menulis apa yang kamu ketahui saja (sebab apa yang kamu tahu sangat sedikit, terbatas  bahkan bisa jadi membosankan dibandingkan dengan apa yang tidak kamu ketahui) tetapi lakukan eksplorasi, tulis hal-hal yang menarik perhatianmu atau apa yang ingin sekali kamu lakukan tetapi belum pernah kamu lakukan. Bawa pembaca kepada sebuah dunia dan waktu yang unik dan menggelitik rasa ingin tahu mereka.

Karakter. Karakter selalu lebih menarik daripada plot. Cerita-cerita yang menarik selalu menunjukkan bagaimana tokoh dalam cerita mengalami perubahan. Apakah perubahan persepsi, atau sebuah pemahaman baru tentang kehidupan mereka atau kehidupan orang lain, atau memperoleh sudut pandang baru dari pengalamannya. Pembaca harus dapat berempati kepada tokoh utama. Tokoh utama yang tidak mengundang simpati pun dapat menjadi menarik asal saja ia memiliki sisi-sisi kepribadian  yang dapat diperbaiki. Tidak ada manusia yang sepenuhnya baik atau buruk. Pikirkan apa yang sudah membuat karaktermu seperti dirinya sekarang ini?

Penggunaan bahasa. Penulis yang keren adalah mereka yang mampu bermain-main dengan kata-kata. Ia mampu menciptakan metafora dan penggambaran yang menakjubkan. Hati-hati dengan kalimat-kalimat klise, cobalah untuk menciptakan sesuatu yang baru. Buat variasi panjang kalimat dan panjang paragraf yang berbeda-beda. Pakai kalimat pendek untuk membangkitkan rasa ingin tahu pembaca. Kalimat-kalimat yang lebih panjang untuk memperlambat alur dan memberikan rasa nyaman. Jangan lupa untuk menunjukkan. Tujukkan emosi tokoh, tunjukkan apa yang dilakukan tokoh, tunjukkan adegan-adegan yang penting. Bawa pembaca memasuki dunia tokoh cerita dengan menunjukkan kepada mereka apa yang sedang terjadi. Libatkan pembaca ke dalam cerita.

Penggunaan indera. Gunakan kelima indera. Gambarkan suasana sekeliling dan apa yang dirasakan. Bagaimana keadaan udara saat itu, apa aroma yang tercium ketika tokoh melangkah ke dalam sebuah ruangan atau tempat, deskripsikan semua itu dengan mempergunakan kelima indera.

Keorisinilan. Perbesar cakrawala berpikirmu. Penting untuk melangkah lebih jauh dan keluar dari sudut nyaman. Masuklah ke dalam kondisi emosional paling ekstrim yang pernah kamu rasakan. Cobalah untuk mendeskripsikannya. Lalu letakkan ia ke dalam sebuah konteks yang sama sekali berbeda. Karanglah sebuah setting baru. Bentuklah tokoh yang sama sekali berbeda dengan diri sendiri. Lihat apa yang akan dilakukan tokoh tersebut dengan semua atribut yang diberikan kepadanya.

Struktur. Struktur sebuah cerita selalu menarik untuk diamati. Sebuah struktur yang berbeda, apabila dilakukan dengan benar dapat menjadi sangat menarik dan memberikan nilai tambah. Seperti apa sih struktur itu? Misalnya, sebuah cerita pendek dalam bentuk surat atau email, atau diceritakan melalui sudut pandang dua tokoh utama secara bergantian.

Berkesankah ceritamu? Banyak sekali cerita-cerita pendek yang telah dibaca oleh pembaca. Apakah ceritamu mengesankan? Sebuah cerita yang bagus pasti akan meninggalkan kesan yang mendalam bahkan setelah waktu yang lama. Imaji yang dituliskan menempel di dalam ingatan demikian juga karakter-karakter di dalamnya, mereka nampak menonjol dalam ingatan sehingga mereka tetap tinggal dalam kenangan.

Layout dan presentasi. Penting. Dari layoutnya saja sudah ketahuan apakah ceritanya akan menarik atau tidak. Pengarang yang peduli pada isi cerita akan peduli juga penampilan ceritanya.

Pesan moral dan tema. Pembaca tidak seharusnya dipaksa untuk bekerja keras memahami apa pesan yang hendak disampaikan oleh sebuah cerita. Apabila pembaca ternyata merasa dipaksa bekerja keras memahami isi cerita, berarti cerita itu kurang jelas. Buatlah prosa dengan gaya bercerita yang jelas, tanpa kata-kata yang tidak perlu. 

Dialog yang baik dan otentik. Penting. Apa saja yang dikatakan oleh seorang tokoh harus diperhitungkan dengan cermat. Jangan memasukkan dialog yang tidak perlu. Dialog harus konsisten dan punya makna untuk jalan cerita. No chit-chatting.

Kebenaran emosional. Tokoh harus bisa memberikan kepada pembaca pengalaman emosional yang dikenali oleh pembaca dan juga dirasakan oleh pembaca sehingga pembaca dapat berkata, "Astaga, tepat seperti yang saya rasakan!" Harus terjalin hubungan antara emosi pembaca dengan tokoh cerita.

Ekonomis. Sebuah cerita pendek harus ekonomis. Ia harus dikerjakan dengan ketat dan cermat. Setiap kata yang dipakai harus diperhitungkan, apakah ia memang sesuai dan diperlukan untuk cerita tersebut. Inilah bedanya cerita pendek dengan novel. Dalam cerita pendek fokus pada satu topik utama, sangat penting.

Ending yang memuaskan! Banyak cerita pendek yang dirusak oleh endingnya sendiri. Memang nggak gampang untuk menciptakan ending yang sempurna, apalagi karena adanya tuntutan pada akhir cerita tokoh harus mengalami perubahan atau pemahaman tertentu tentang dirinya, dunia mereka atau pengalaman mereka. Yang jelas, akhir cerita harus merupakan permulaan dari sesuatu yang baru walaupun tidak perlu sangat dramatis. Ia hanya perlu menjanjikan ada sebuah hari baru di cakrawala.

Minimalis: less is more! Seringkali, apa yang dibiarkan tanpa perlu dijelaskan dapat memberikan efek nonjok banget yang tepat saat menyampaikan pesan di dalam cerita. Biarkan dan bebaskan pembaca untuk mengambil kesimpulan sendiri.

Edit,edit,edit,edit,edit dan edit lagi! Tulislah karangan awal dengan sepenuh hati, tuangkan ide sebebas-bebasnya, namun saat melakukan revisi, jadilah seorang editor yang kejam terhadap hasil karya sendiri. Pahat karya tulis itu sedemikian rupa sehingga ia mencapai bentuknya paling sempurna.

-Kalimat Langsung dan Kalimat Tak Langsung
Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan/ujaran orang lain. Bagian kutipan dalam kalimat langsung ini bisa berupa kalimat tanya, kalimat berita atau kalimat perintah.

Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang melaporkan ucapan/ujaran orang lain. Bagian kutipan dalam kalimat tak langsung semuanya berbentuk kalimat berita.

Perbedaan Kalimat Langsung dan Tak Langsung

KALIMAT LANGSUNG
KALIMAT
TAK LANGSUNG
Kata ganti orang pada bagian kalimat yang dikutip tidak mengalami perubahan.
Kata ganti orang pada bagian kalimat yang dikutip mengalami perubahan.
Tetap, tidak berkata tugas.
Berkata tugas.
Kalimat yang diberi tanda petik biasanya berbentuk kalimat tanya, berita atau perintah.
Hanya berbentuk kalimat berita.

Pemakaian Kalimat Langsung dan Tak Langsung
Kalimat langsung dan tak langsung dapat dijumpai hampir dalam berbagai jenis karangan, baik fiksi maupun non fiksi. Dalam tulisan fiksi seperti cerpen, penggunaan kedua jenis kalimat tersebut hampir berimbang. Pengarang biasanya memvariasikannya secara bergantian. Pemakaian kalimat langsung dan tak langsung juga dapat dijumpai pula pada karangan non fiksi. Dalam penyampaian berita misalnya, kedua kalimat tersebut digunakan pula secara bergantian.


Nilai-nilai dalam Cerpen :
Nilai adalah sesuatu yang penting dan berguna bagi manusia. Dalam karya sastra, misalnya Cerpen, nilai-nilai budaya, sosial, ataupun moral.
a. Nilai-nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia.
b. Nilai-nilai sosial berkaitan dengan tata laku hubungan antara sesama manusia.
c. Nilai-nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk. (http://afin.blogmalhikdua.com/2008/10/16/unsur2-cerpennovel/, akses 13 Februari 2010, pukul 10.00).
Contoh kutipan-kutipan yang mengandung nilai-nilai dalam cerpen :
  1. Nilai budaya
Menunggu Tamu
Oleh : Kenan Fabri Hartanto
….
“ Tadi ada kupu-kupu masuk ke rumah.”
“ Kupu-kupu? Lantas?”
“ Kalau ada kupu-kupu masuk ke rumah itu artinya aka nada tamu.”
“ Ah kamu ini, kok masih percaya sama yang begituan. Bagaimana bisa kupu-kupu jadi pertanda kalau aka nada tamu yang datang? Itu tidak masuk akal.”
(Sumber : Kolom Sastra hlm.8 dalam Koran Natas Edisi Maret – April 2010)
2. Nilai Moral
Guruku Selingkuhan Papaku
Oleh : UM
Sejak masih TK aku sudah akrab dengan sumpah serapah yang keluar dari mulut papa dan mamaku. Aku juga sudah nggak asing dengan kata “cerai”, “pelacur”, dan “selingkuh”. Sampai sekarang, aku membenci dan mencintai papa diwaktu yang bersamaan.
(Sumber : Kolom Ceritaku hlm. 40 dalam Majalah Aneka Yess Edisi 10, 11 Mei 2006)
3. Nilai Sosial
Nonton Konser
Oleh : Dipo
Akhirnya Loya menyerah. Dia nggak mau dituduh durhaka, hanya gara-gara lebih mentingin beli tiket konser, ketimbang membantu keluarganya pindah rumah.
(Sumber : hlm. 96 dalam Majalah Aneka Yess Edisi 10, 11 Mei 2006)
Nilai-nilai dalam Sebuah Cerpen - Dalam sebuah karya sastra,pengarang seringkali mengekspresikan berbagai fenomena kehidupan.akan tetapi ,seorang pengarang tidak begitu saja merepresentasikan realitas sosial tersebut kedalam karyanya.filtrasi serta imajinasi pengarang pun memiliki andil dalam terwujudnya sebuah karya sastra, melalui karya sastra pengarang dapat mengemukakan pandangan-pandangan tentang suatu hal dan menyampaikan berbagai nilai kehidupan seperti nilai moral ,nilai budaya, dan nilai sosial

Nah berikut ini penjelasan mengenai nilai-nilai yang terdapat dalam cerpen
  1. Nilai ketuhanan: adalah nilai yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Tuhan
  2. Nilai agama: menyangkut aturan-aturan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan aturan-aturan yang terkait  dengan  hubungan antara manusia dengan Tuhan.
  3. Nilai Moral : adalah nilai yang mengatur hubungan yang menyangkut masalah baik buruknya,sopan santunnya, dan etika manusia.
  4. Nilai budaya: nilai yang menyangkut masalah adat istiadat , kebiasaan, bahasa, dalam kehidupan sosialnya.
  5. Nilai sosial: menyangkut hubungan antara manusia dengan orang lain dalam kehidupan sosialnya.
  6. Nilai pendidikan : nilai yang berhubungan dengan ajaran yang dapat diambil dari sebuah karya sastra.
  7. Nilai psikologis: nilai yang menyangkut mengenai masalah-masalah  ekstensi ,kekuatan ,dendam dan nilai-nilai lain yang dialami jiwa manusia
  8. Nilai estetika: nilai yang berkaitan dengan keindahan kebahasaan dalam sastra
Nah kalau sudah tau mengenai nilai-nilai dalam cerpen, terus bagaimana menemukan dalam cerpen ..?
ya kita harus menganalisis hal-hal berikut
  1. Tema
  2. Tokoh dan penokohan
  3. Alur
  4. Latar dan Peristiwa
  5. Amanat
Nah sekian dulu ya update tenang bahasa Indonesia semoga dapat membantu teman-teman semuanya.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar