Selasa, 07 Februari 2012

Perbedaan Mendasar antara Pragmatik dan Semantik

Semantik dan pragmatik sesungguhnya sama-sama berhubungan dengan makna. Semantik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan dua segi (dyadic) sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (triadic) (Leech, 1993:8). Perbedaan antara keduanya terletak pada perbedaan penggunakan verba to mean dalam bahasa Inggris, seperti pada contoh berikut ini.
(1)   What does X mean?
(2)   What did you mean by X?
Contoh (1) memperlihatkan hubungan dyadic yang mendefinisikan makna semata-mata sebagai ciri ungkapan dalam suatu bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur, dan petuturnya (lawan tuturnya). Tuturan what does X mean? hanya menanyakan apa artinya X dan tidak menghubungkannya dengan situasi tutur, penuturnya, maupun mitra tuturnya. Contoh (2) memperlihatkan pendefinisian makna dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa. Tuturan What did you mean by X? menanyakan apa magsud lawan tutur dengan X. Hal ini menunjukkan bahwa tuturan tersebut lebih menekankan hubungannya dengan situasi tutur dan juga si penutur dengan mitra tuturnya.
Leech (1993:8) memberi batasan pragmatik untuk tujuan-tujuan linguistik dengan  memberi pengertian bahwa pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech sitiation). Ia juga berpandangan bahwa sesungguhnya semantik dengan pragmatik itu berbeda, tetapi saling melengkapi dan saling berhubungan.
Menurut Yule (2006:4—6), semantik dan pragmatik dibedakan dalam hal hubungan bentuk-bentuk linguistik yang ada di dalamnya. Dalam semantik, bentuk-bentuk linguistik memiliki hubungan dengan entitas di dunia, yaitu bagaimana hubungan kata-kata dengan sesuatu secara harfiah, sedangkan dalam pragmatik, bentuk-bentuk linguistiik memiliki hubungan dengan pemakai bentuk-bentuk itu. Dalam analisis, semantik berusaha membangun hubungan antara deskripsi verbal dan pernyataan-pernyataan hubungan di dunia secara akurat tanpa menghiraukan siapa yang menghasilkan deskripsi tersebut, sedangkan analisis pragmatik memungkinkan untuk memasukkan orang (penutur) ke dalam suatu analisis.
Sementara itu, Purwo (1990:16) membedakan semantik dan pragmatik dengan definisinya sendiri. Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak tercakup di dalam teori semantik, magsudnya pragmatik menelaah makna setelah dikurangi semantik. Semantik adalah telaah makna kalimat (sentence), sedangkan pragmatik adalah telaah  makna tuturan (utturance). Kalimat merupakan entities yang abstrak sedangkan tuturan adalah pengujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya. Dengan kata lain, semantik menggeluti makna bebas konteks (context independent), sedangkan pragmatik menggeluti makna yang terikat konteks (context dependent).
Semantik dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual. Perbedaan mendasarnya, semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal (Wijana, 2009:4). Sebagai contoh, kata ganteng secara internal bermakna elok, gagah, atau tampan dan kata kerbau yang secara internal bermakna binatang memamah biak yang biasa diternakkan untuk diambil dagingnya, bertanduk panjang, suka berkubang, dan umumnya berbulu kelabu kehitaam-hitaman.
(3)   Menurut Rena, wajah saya ganteng sekali.
(4)   Kamu bisa meninggal jika terinjak kerbau.
Jika dilihat secara eksternal, penggunaan kata ganteng tidak selalu bermakna elok atau tampan dan kata kerbau tidak selalu bermakna binatang kerbau.
(5)   Wajahmu ganteng sekali, sampai-sampai adikku menangis setelah melihatmu.
(6)   Kerbaunya sudah bangun.
Kata ganteng pada tuturan (5) tidak bermakna tampan, elok, atau gagah, tetapi bermakna sebaliknya. Situasi tutur yang dimungkinkan dalam (5) adalah tuturan sesama teman yang sebaya karena tuturan tersebut memiliki magsud menyindir atau mengejek. Kata ganteng dalam (5) memiliki makna jelek, buruk rupa, atau tidak tampan. Kata kerbau dalam tuturan (6) tidak bermakna binatang kerbau, tetapi digunakan untuk menyindir. Situasi tutur dalam (6) dimungkin terjadi juga dalam komunikasi sesama teman yang sebaya karena memiliki magsud untuk menyindir. Kata kerbau dalam (6) memiliki makna orang yang malas, dan kerjanya tidur saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa makna yang ditelaah oleh semantik adalah makna yang bebas konteks (context independent) yang ditunjukkan oleh tuturan (3) dan (4), sedangkan makna yang dikaji oleh pragmatik adalah makna yang terikat konteks (context dependent) ditunjukkan oleh tuturan (5) dan (6).


Yule, George. 1996. Pragmatik. (diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar