Perbedaan Mendasar antara Pragmatik dan Semantik
Semantik
dan pragmatik sesungguhnya sama-sama berhubungan dengan makna. Semantik
memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan dua segi (dyadic) sedangkan pragmatik memperlakukan makna sebagai suatu hubungan yang melibatkan tiga segi (triadic) (Leech, 1993:8). Perbedaan antara keduanya terletak pada perbedaan penggunakan verba to mean dalam bahasa Inggris, seperti pada contoh berikut ini.
(1) What does X mean?
(2) What did you mean by X?
Contoh (1) memperlihatkan hubungan dyadic
yang mendefinisikan makna semata-mata sebagai ciri ungkapan dalam suatu
bahasa tertentu, terpisah dari situasi, penutur, dan petuturnya (lawan
tuturnya). Tuturan what does X mean? hanya menanyakan apa artinya X
dan tidak menghubungkannya dengan situasi tutur, penuturnya, maupun
mitra tuturnya. Contoh (2) memperlihatkan pendefinisian makna dalam
hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa. Tuturan What did you mean by X?
menanyakan apa magsud lawan tutur dengan X. Hal ini menunjukkan bahwa
tuturan tersebut lebih menekankan hubungannya dengan situasi tutur dan
juga si penutur dengan mitra tuturnya.
Leech
(1993:8) memberi batasan pragmatik untuk tujuan-tujuan linguistik
dengan memberi pengertian bahwa pragmatik adalah studi tentang makna
dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech sitiation). Ia juga berpandangan bahwa sesungguhnya semantik dengan pragmatik itu berbeda, tetapi saling melengkapi dan saling berhubungan.
Menurut
Yule (2006:4—6), semantik dan pragmatik dibedakan dalam hal hubungan
bentuk-bentuk linguistik yang ada di dalamnya. Dalam semantik,
bentuk-bentuk linguistik memiliki hubungan dengan entitas di dunia,
yaitu bagaimana hubungan kata-kata dengan sesuatu secara harfiah,
sedangkan dalam pragmatik, bentuk-bentuk linguistiik memiliki hubungan
dengan pemakai bentuk-bentuk itu. Dalam analisis, semantik berusaha
membangun hubungan antara deskripsi verbal dan pernyataan-pernyataan
hubungan di dunia secara akurat tanpa menghiraukan siapa yang
menghasilkan deskripsi tersebut, sedangkan analisis pragmatik
memungkinkan untuk memasukkan orang (penutur) ke dalam suatu analisis.
Sementara
itu, Purwo (1990:16) membedakan semantik dan pragmatik dengan
definisinya sendiri. Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna
yang tidak tercakup di dalam teori semantik, magsudnya pragmatik
menelaah makna setelah dikurangi semantik. Semantik adalah telaah makna
kalimat (sentence), sedangkan pragmatik adalah telaah makna tuturan (utturance). Kalimat merupakan entities
yang abstrak sedangkan tuturan adalah pengujaran kalimat pada konteks
yang sesungguhnya. Dengan kata lain, semantik menggeluti makna bebas
konteks (context independent), sedangkan pragmatik menggeluti makna yang terikat konteks (context dependent).
Semantik
dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa yang menelaah
makna-makna satuan lingual. Perbedaan mendasarnya, semantik mempelajari
makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara
eksternal (Wijana, 2009:4). Sebagai contoh, kata ganteng secara internal bermakna elok, gagah, atau tampan dan kata kerbau
yang secara internal bermakna binatang memamah biak yang biasa
diternakkan untuk diambil dagingnya, bertanduk panjang, suka berkubang,
dan umumnya berbulu kelabu kehitaam-hitaman.
(3) Menurut Rena, wajah saya ganteng sekali.
(4) Kamu bisa meninggal jika terinjak kerbau.
Jika dilihat secara eksternal, penggunaan kata ganteng tidak selalu bermakna elok atau tampan dan kata kerbau tidak selalu bermakna binatang kerbau.
(5) Wajahmu ganteng sekali, sampai-sampai adikku menangis setelah melihatmu.
(6) Kerbaunya sudah bangun.
Kata ganteng
pada tuturan (5) tidak bermakna tampan, elok, atau gagah, tetapi
bermakna sebaliknya. Situasi tutur yang dimungkinkan dalam (5) adalah
tuturan sesama teman yang sebaya karena tuturan tersebut memiliki magsud
menyindir atau mengejek. Kata ganteng dalam (5) memiliki makna jelek, buruk rupa, atau tidak tampan. Kata kerbau
dalam tuturan (6) tidak bermakna binatang kerbau, tetapi digunakan
untuk menyindir. Situasi tutur dalam (6) dimungkin terjadi juga dalam
komunikasi sesama teman yang sebaya karena memiliki magsud untuk
menyindir. Kata kerbau dalam (6) memiliki makna orang
yang malas, dan kerjanya tidur saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa
makna yang ditelaah oleh semantik adalah makna yang bebas konteks (context independent) yang ditunjukkan oleh tuturan (3) dan (4), sedangkan makna yang dikaji oleh pragmatik adalah makna yang terikat konteks (context dependent) ditunjukkan oleh tuturan (5) dan (6).
Yule, George. 1996. Pragmatik. (diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar