Jumat, 16 Desember 2011

KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SEMANTIK

Pengertian tataran semantik
    Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonolgi, morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang b pada penyimpangan makna, baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna  yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini.

a). Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip
    kata-kata yang bermiripan tersebut dapat digolongkan kedalam tiga kelompok, yakni (i) pasangan yang seasal, contoh: kurban dan kurban; (ii) pasangan yang berasing, contoh: kualitatif dan kwalitatif ; dan (iii) pasangan yang terancukan, contoh : sah dan syah ( Alwi, i991:21-22). Banyaknya kata yang mempunyai kemiripan menuntut banyak ketelitian. Menurut penulis, dari tiga jenis kemiripan tersebut, yang berkaitan dengan makna yang berbeda terdapat pada jenis pasangan yang seasal dan pasangan yang terancukan.
b). Kesalahan pilihan kata atau diksi.
    Pengguanaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan akan menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan merusak sturktur kalimat, jika tidak disesuaikan dengan makna atau maksud kalimat yang sebenarnya. Pilihan kata yang tidak tepat sering penggunaannya divariasikan secara bebas, sehingga menimbulkan kesalahan. Kalimat seperti tidak bermasalah,  jika hanya dicermati sekilas saja. Contoh : mantan dan bekas, busana dan baj, jam dan pukul dan lain-lain.
    Uraian sekilas wujud kesalahan berbahasa dalam tataran semantik tersebut akan dibicarakan satu persatu berikut ini.



A.    Kesalahan karena Pasangan yang Seasal

Pasangan yang seasal adalah pasangan kata yang memiliki bentuk asal yang sama dan maknanya pun berdekatan (Alwi, 1991 : 21). Dalam hal ini kita tidak menentukan bentuk mana yang benar, tetapi bentuk mana yang maknanya tepat untuk menyatakan gagasan kita. Dengan kata lain, masing- masing adalh bentuk yang benar. Kita dapat mengamati contoh-contoh pemakaian pasangan yang seasal.
Contohnya:
 Bentuk Tidak Baku
-    Daging korban itu akan dibagikan kepada yang berhak menerimanya
-    Jumlah kurban tanah longsor yang tewas sudah bisa dipastikan.


Pengertian pertama kata qurban adalah persembahan kepada Tuhan (seperti kambing, sapi, dan unta yang disembelih pada hari Lebaran haji)’ atau pemberian untuk menyatakan kesetiaan atau kebaktian, yang kemudian dieja menjadi kurban. Makna yang kedua adalah orang atau binatang yang menderita atau mati akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya; yang dieja menjadi korban. Berdasarkan perbedaan makna kedua kata tersebut, maka kita dapat memperbaiki kalimat diatas dengan contoh :
Bentuk Baku
-    Daging kurban itu akan dibagikan kepada yang berhak menerimanya.
-    Jumlah korban tanah longsor yang tewas sudah bisa dipastikan.

2). Penggunaan Kata Lolos dan Lulus
      Kata lolos dan lulus merupakan dua kata yang hampir sama dalam segi bentuk maupun makna. Dari segi bentuk kedua kata tersebut dibedakan oleh vokal yang membentuknya, yaitu vokal /o/ pada [lolos] dan vokal /u/ pada [lulus]. Kekurangancermatan pemakai bahasa mengakibatkan kata-kata yang mirip tersebut tertukar denga yang lain, sehingga menimbulkan kesalahan. Pemakaian yang salah dapat diperhatikan pada contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
-    Narapidana itu lulus  dari penjara tadi malam denga merusak terali jendela
-    Benang sebesar itu tidak dapat lolos ke lubang jarum yang kecil itu.
Jika dicermati makna kedua kata di atas dapat dijelaska bahwa lolos berarti keberhasilan melewati bahaya, rintangan, atau upaya penangkapan, sedangkan lulus  berarti keberhasilan melewati ujian atau memenuhi persyaratan. Jadi pembetulan kedua kalimat di atas sebagai berikut.
Bentuk Baku
-    Narapidana itu lolos  dari penjara tadi malam denga merusak terali jendela
-    Benang sebesar itu tidak dapat lulus ke lubang jarum yang kecil itu.

3). Penggunaan kata penglepasan dan pelepasan
     Kata penglepasan oleh pemakai bahasa sering pula digunakan di samping kata pelepasan. Penggunaan kedua kata tersebut sering dipertukarkan, perhatikan pemakaian berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
-    Acara pelepasan para wisudawan akan dimulai pukul 08.00.
-    Bayi yang baru saja dilahirkan itu mengalami cacat fisik, yaitu di bagian penglepasannya.
Kedua kata tersebut yaitu penglepasan dan pelesapan sebenarnya dibentuk dengan afiks dan kata yang sama, yaitu peng + lepas + an. Sejalan dengan kaidah morfologis, afiks peng-jika dirangkaikan dengan bentuk dasar yang berawal denga fonem /l/ akan menjadi pe-bukan menjadi peng oleh karena itu, betnuk yang tepat adalah pelepasan  bukan penglepasan. Akan tetapi dalam pemakaiannya, kedua kata tersebut dipergunakan dengan makna yang berbeda. Kata penglepasan umumnya diberi makana proses, tindakan, atau hal melepaskan, sedangkan pelepasan  diberi makna’anus’.
Bentuk Baku
-    Acara penglepasan para wisudawan akan dimulai pukul 08.00.
-    Bayi yang baru saja dilahirkan itu mengalami cacat fisik, yaitu di bagian pelepasannya.

4). Penggunaan Kata Mengkaji dan Mengaji
    kata mengkaji oleh pemakai bahasa juga sering digunakan di samping kata mengaji. Penggunaan kedua kata tersebut sering salah. Cermatilah pemakaian kata berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
-    Anak- anak muslim di kampung itu setiap hari pukul 16.00 mengkaji  di masjid Darussalam.
-    Para ilmuwan sedang mengaji hasil penelitian.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, perbaikan kalimat di atas sebagai berikut.
Bentuk Baku
-    Anak- anak muslim di kampung itu setiap hari pukul 16.00 mengaji  di masjid Darussalam.
-    Para ilmuwan sedang mengkaji hasil penelitian.

B.    Kesalahan karena Pasangan yang Terancukan
Jenis lain kesalahan karena kemiripan adalah pasangan yang terancukan. Pasangan yang terancukan terjadi jika oran gyang tidak mengetahui secara pasti bentuk kata yang benar lalau terkacaukan oleh bentuk yang dianggapnya benar. Dalam hal ini kedua anggota pasangan itu memang bentuk yang benar, tatapi harus diperhatikan perbedaan maknanya. Akibatnya, kadang- kadang ditemukan penggunaan bentuk yang salah. Contoh- contoh kesalahan pemakaian jenis ini.
1.    Penggunaan kata sah dan syah
Kata sah dan syah merupakan dua kata yang berbeda dari segi makna. Kemiripan bentuk dan lafal memang dimiliki kedua kata tersebut. Tidak mengherankan jika pemakai  bahasa yang tidak cermat, sering mengacaukan pemakaiannya. Perhatikan pemakain berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
-    Sah iran sudah pernah berkunjung ke indonesia.
-    Dia sekarang telah syah menjadi suami saya.

Kata sah dan syah merupakan contoh pasangan terancuka. Makna kedua kata itu jelas berbeda. Sah berarti sudah sesuai dengan hukum, sedangkan syah berarti raja. Kesalahan pada kedua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:

-    Syah iran sudah pernah berkunjung ke indonesia.
-      Dia sekarang telah sah menjadi suami saya.

2.    Penggunakan kata Kafan dan Kapan
Perhatikan pemakaian pasangan kata yang terancukan berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
-    Mayat itu sudah dibungkus kain kapan.
-    Kafan kamu akan berangkat ke bali?
Jika dilihat dari maknanya; kata kafan bermakna kain (putih) pembungkus mayat; sedangkan kapan  bermakna kata tanya untuk menyatakan waktu perbedaan makna kedua kata tersebut jelas terlihat. Dengan demikian perbaikan kalimat diatas adalah:
Bentuk Baku
-    Mayat itu sudah dibungkus kain kafan.
-    Kapan kamu akan berangkat ke bali?

3.    Penggunaan Kata Sair dan Syair

Kemiripan bentuk juga dapat kita amati pada kata sair dan syair. Karena ketidakcermatan pemakai bahasa, kesalahan pemakaian kedua kata yang mirip itu pun terjadi. Contoh.

Bentuk Tidak Baku
-    Sastrawan itu sedang asyik membaca sair.
-    orang Islam yang beriman selalu berhati- hati dalam berbuat, dia selalau ingat syair.
kata sair  bermakna api neraka, sedangkan kata syair berati bentuk puisi lama. Kemiripan itu hanya sebatas bentuk, tetapi makna berbeda jelas. Berdasarkan makna tersebut, kita dapat menyikapi bahwa pemakaian kata yang mirip pada kedua kalimat di atas merupakan pemakaian yang salah. Perbaikannya sebagai berikut.
Bentuk Baku
-    Sastrawan itu sedang asyik membaca syair.
-    orang Islam yang beriman selalu berhati- hati dalam berbuat, dia selalau ingat sair.



4.    Penggunaan Kata yang Berhomofon dan Berhomograf

Terdapat kata- kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki kemiripan atau kesamaan bentuk (termasuk di dalamnya homofon dan homograf), tetapi maknanya berbeda. Perhatikan pamakaian berikut ini.\
Bentuk Tidak Baku
-    Aku sanksi dengan pernyataan yang baru saja kamu ucapkan, karena berkali- kali kamu sudah membohogi aku.
-    Sangsi  apa yang akan diberkan kepada warga yang melangar adat itu?
-    Berapa kilo gram apel yang sudah kamu beli kemarin? (lafal e taling)
-    Antok Sabtu malam apel kerumah santi. (lafal e pepet)
Pada kalimat diatas  kasus homofon. Pelafalan kata sanksi  dan sangsi sama, akan tetpi ejaan dan arti dari kedua kata tersebut berbeda. Sanksi berarti  hukuman, sedangka sangsi  berarti ragu-ragu. Jika kebua kata tersebut dipertukarkan pemakaiannya akan terjadi kesalahan.
Kasus homgraf terdapat pada kata apel yang dicetak miring pada kedua  contoh tersebut penulisannya sama. Sekalipun penulisannya sama, namun pelafalannya tidak sama dan artinya juga tidak sama. Kara apel  denga pelafalan e (taling) beratri kunjungan ke rumah kekasih dan apel dengan pelafalan e (pepet) berarti nama buah-buahan. Jadi, bentuk baku yang benar adalah;
-    Aku sangsi dengan pernyataan yang baru saja kamu ucapkan, karena berkali- kali kamu sudah membohogi aku.
-    Sanksi  apa yang akan diberkan kepada warga yang melangar adat itu?
-    Berapa kilo gram apel yang sudah kamu beli kemarin? (lafal e pepet)
-    Antok Sabtu malam apel kerumah santi. (lafal e taling)

C.    Kesalahan karena Pilihan Kata yang Tidak Tepat

Ada dua istilah yang berkaitan dengan masalah subjudul ini, yaitu istilah pemilihan kata dan pilihan kata. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil proses atau tindakan tersebut.

Berikut ini akan dipaaprkan beberapa contoh wujud kesalahan pilihan kata.

1.    Pengunaan Kata pukul dan jam
Sering kita temukan pemakaian kalimat- kalimat berikut ini.

Bentuk Tidak Baku
-    Hari ini akan kita bicarakan masalah kaa majemuk dalam bahasa Indonesia hingga kira-kira jam 14.00.
-    Beberapa dokter mengoperasi pasien penyakit jantung koroner selama 3 jam, yaitu jam 13.00 s.d 16.00.
-    Selama dua pukul  aku menunggumu di sini, tetapi kamu tidak datang juga.
Penggunaan kata pukul dan  jam harus dilakukan dengan tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam  menunjukkan jangka waktu. Kata jam pada kalimat diatas tidak tepat karena untuk menyatakan waktu digunakan kata pukul. Ketidaktepatan penggunaan kata pukul karena untuk menyatakan jangka waktu digunakan kata  jam. Perbaikan kalimat tersebut adalah:
Bentuk Baku
-    Hari ini akan kita bicarakan masalah kaa majemuk dalam bahasa Indonesia hingga kira-kira pukul 14.00.
-    Beberapa dokter mengoperasi pasien penyakit jantung koroner selama 3 jam, yaitu pukul 13.00 s.d 16.00.
-    Selama dua jam  aku menunggumu di sini, tetapi kamu tidak datang juga.

2.    Penggunaan Kata Tidak  dan kata Bukan
Kata tidak dan bukan merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengingkari. Sekalipun kedua kata itu untuk mengingkari, namun keduanya mempunyai fungsi yang berbeda. Sering pemkaian kedua kata tersebut dipertukarkan, sebagai contoh.

Bentuk Tidak Baku
-    Andika bukan mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga dimarahi Pak Rudi.
-    Harga buku yang ku beli tadi tidak sepuluh ribu
-    Tidak  orang yang menabrak yang salah, melainkan orang yang menyeberang tanpa perhitungan itu yang melanggar lalu lintas.
-    anak kecil itu tidak menyayi, melainkan berteriak.
kata tidak dipakai untuk mengingkari verba, adjektiva, dan adverbia, sedangkan kata bukan  untuk mengingkari nomina, pronomina, dan numeralia. Dalam kalimat yang bersifar korektif, maka kata  bukan sering dipakai untuk mengingkari verba dan adjektiva. Apabila kalimatnya tidak  bersifat korktif, maka kata bukan  tidak boleh dipakai untuk mengingkari kata selain nomina, pronomina, dan numeralia. Berdasarkan kaidah tersebut, kita dapat memperbaiki keenam kalimat diatas menjadi:
-    Andika tidak mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga dimarahi Pak Rudi.
-    Harga buku yang ku beli tadi bukan sepuluh ribu
-    bukan orang yang menabrak yang salah, melainkan orang yang menyeberang tanpa perhitungan itu yang melanggar lalu lintas.
-    anak kecil itu bukan menyayi, melainkan berteriak.




   








   





1 komentar: